Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Imajinatif

14 Juni 2023   13:44 Diperbarui: 14 Juni 2023   13:48 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Serpihan Identitas/Dokpri

Sejauh ini Dawam masih mengoleksi satu buah karya Gorki, Pecundang.

Dawam mengenal pria tua itu, bahkan mengagumi. Ya, Dawam mengagumi, ia menyadari seperti kata pria tua itu, "Kau terpelajar. Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan".

"Kau pemuda terpelajar. Sepatutnya mulai belajar mengerti", kata pria tua itu lagi.

"Ah, kau salah! Aku suka karya, titik! Karena aku suka sastra! Bukan hanya sekedar terpelajar!"

"Kau tahu aku suka sastra! Aku senang menyukai sastra Realisme Sosialis! Akhir-akhir ini. Karena aku belajar memahami sastra gerakan"

"Maka aku baca karyamu, aku melahapnya, walaupun aku sadari terjadi pertentangan dalam pikiranku sendiri. Ya, terjadi pertentangan dalam pikiranku sendiri. Karena aku aktivis gerakan kepemudaan Muslim"

Pria tua itu membalas dalam imajinasi Dawam sendiri, "Cerita, selamanya tentang manusia, kehidupannya bukan kematiaannya. Ya, biarpun yang ditampilkan itu hewan, raksasa atau dewa atau hantu. Dan tak ada yang lebih sulit dapat dipahami daripada sang manusia. Itu sebabnya tak habis-habisnya cerita dibuat di bumi ini. Setiap hari bertambah saja. Aku sendiri tak banyak tahu tentang ini. Suatu kali pernah terbaca olehku tulisan yang kira-kiranya katanya begini: jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana, biar penglihatannya begitu sederhana, biar penglihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput".

"Ya, aku suka cerita sastra. Akhir-akhir ini aku mengoleksi sastra realisme sosialis, sastra kiri. Ya, sebagai sastra perjuangan, sastra perlawanan. Aku hanya ingin mengembangkan minatku pada manifesto Sastra Gerakan", Dawam membalas pada Pria tua ini, tersenyum sendiri dalam imajinasinya.

"Aku membaca semua karya sastra yang aku ingin baca!", gumam Dawam dalam dialog imajinatifnya.

"Berbahagialah kau"

"Ya, seperti katamu pria tua, berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun