Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 15)

29 April 2018   16:52 Diperbarui: 29 April 2018   17:00 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bao menyuruh kepala desa Fan memasang sebuah papan tanda yang tinggi, di atasnya bertuliskan "Pengumuman", dan menyuruhnya memberitahukan kepada setiap keluarga di sana: jika mengalami ketidakadilan, mereka dapat datang mengadukannya ke Kuil Tianqi. Fan mengiyakan dan segera memasang papan pengumuman tersebut. Lalu ia bergegas menuju hutan elm dan menemui keluarga Zhang. Ia bertanya kepada mereka, "Kakak Zhang, apakah kamu ingin mengajukan tuntutan?" Ia juga menemui keluarga Li dan bertanya, "Kakek Kedua Li, apakah kamu mengalami ketidakadilan?"

Semua orang yang ditanyai demikian pun memarahinya, "Kamu adalah kepala desa, tetapi berharap kami mengajukan tuntutan. Kamu benar-benar ingin memeras kami!" Yang lain mengatakan, "Kami ingin melewati hari-hari dengan tenang, tetapi kamu datang menyuruh kami mengajukan tuntutan. Tidak perlu mengatakannya lagi, kami akan mengajukan tuntutan terhadap kamu." Yang lainnya lagi mengatakan, "Ada apa? Sebaiknya kamu segera pergi dari sini! Benar-benar sialan! Bagaimana mungkin orang seperti kamu bisa menjadi kepala desa? Menyingkirlah dari sini!"

Mau tidak mau Fan pun pergi ke bukit pasir kuning. Di sana ia juga bertanya kepada orang-orang dengan cara yang sama dan mendapatkan umpatan dari mereka, tetapi ia tidak takut dengan hujatan tersebut. Dengan susah payah ia pun sampai di wilayah di mana terdapat tempat pembakaran yang tidak digunakan lagi. Ia juga berkata, "Hari ini Tuan Bao sedang bermalam di Kuil Tianqi dan mengumumkan bahwa jika kalian mengalami ketidakadilan, cukup datang ke kuil untuk mengadukannya." Belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba ada seseorang berkata, "Aku mengalami ketidakadilan, bawa aku ke sana."

Melihat orang itu, Fan pun berkata, "Aiyo! Ibu memiliki masalah apakah? Apakah Ibu mau mengajukan tuntutan juga?" Walaupun Fan mengenal ibu tua tersebut, tetapi ia tidak mengetahui latar belakangnya. Ia hanya mengetahui ibu ini adalah sanak keluarga dari kasim Qin Feng dan tidak mengetahui hal lainnya.

Mengapa demikian? Ketika Yu Zhong mengorbankan diri demi menyelamatkan selir Li, Qin Feng menyamarkan selir Li sebagai Yu Zhong dan menyuruh orang yang dipercayanya untuk membawa keluar selir Li dari istana ke rumahnya dengan berpesan agar merawatnya seperti ibunya sendiri. Ternyata selir Li setiap hari selalu memikirkan putra mahkota yang ia lahirkan dan menangis selama dua hari hingga kehilangan penglihatannya. Pada waktu itu ayah Fan Zonghua yang bernama Fan Sheng, yang juga dipanggil Sheng Fan (makanan sisa), melakukan pekerjaan kasar di rumah Qin. Fan Sheng memiliki perilaku yang baik dan jujur sehingga Li menyukainya dan sering memberinya hadiah. Oleh sebab itu Fan Sheng menerima banyak kebaikan dari Li.

Setelah itu Qin Feng meninggal akibat kebakaran Istana Dingin dan tak lama kemudian ibunya juga meninggal dunia sehingga semua keluarga Qin tidak mengetahui siapakah Li sebenarnya. Ada ungkapan berbunyi "Jika orang masih hidup, maka masih ada hubungan baik; jika sudah mati, hubungan baik tidak diwariskan." Li tidak dapat tinggal lagi di rumah Qin; ia meninggalkan rumah itu, tetapi tidak tahu mau ke mana. Fan Sheng menginginkan agar ia tinggal di rumahnya, tetapi Li menolaknya. Untungnya terdapat sebuah tempat pembakaran yang sudah tidak digunakan lagi. Fan memperbaiki dan merapikan tempat itu lalu menjadikannya tempat tinggal bagi Li. Beruntung bagi Li, Fan selalu merawat dan melayani kebutuhannya. Setiap hari jika langit mendung dan akan turun hujan, ia selalu membawakan makanan bagi Li. Takut orang lain menyakiti Li, Fan menyuruh anaknya Fan Zonghua membangun sebuah gubuk di luar tempat pembakaran tersebut untuk tinggal di sana sehingga bisa menjaga Li. Ini semua dilakukan Fan untuk membalas kebaikan yang diterimanya dari Li. Siapa yang mengetahui bahwa Li sesungguhnya adalah seorang ibu suri kerajaan yang tertimpa kemalangan.

Ketika Fan menjelang ajalnya, ia berpesan kepada anaknya, "Kamu harus melayani ibu tua yang tinggal di tempat pembakaran itu dengan baik.     Waktu itu kasim Qin menyuruh orang membawa ibu itu ke rumahnya. Ibu itu pasti seseorang yang memiliki kualitas. Kamu tidak boleh mengabaikannya." Juga karena ia seorang yang dermawan, sehingga ia memiliki seorang anak yang berbakti. Setelah ayahnya meninggal, Fan Zonghua benar-benar melaksanakan pesan sang ayah dan tidak pernah lelah melayani Li. Biasanya ia memanggil Li sebagai "nyonya", tetapi kadangkala ia memanggilnya sebagai "ibu".

Ketika mendengar Li ingin mengajukan tuntutan, Fan bertanya, "Ibu memiliki masalah apakah? Apakah Ibu ingin mengajukan tuntutan juga?" "Anakku tidak berbakti, aku ingin menuntutnya," jawab Li. "Ibu pasti sudah pikun. Selama bertahun-tahun aku tidak pernah mendengar Ibu mengatakan memiliki anak. Hari ini tiba-tiba Ibu mengatakan telah membesarkan seorang anak." "Anakku ini tidak dapat diadili oleh pejabat yang tidak baik. Aku sering mendengar orang-orang mengatakan bahwa Tuan Bao ini dapat mengadili orang hidup dan orang mati, juga seorang pejabat yang lurus. Sayangnya ia tidak pernah melewati daerah ini sehingga aku harus menunggu bertahun-tahun. Sekarang ia sudah datang. Jika aku tidak mengambil kesempatan ini untuk mengadukan kasus ini, sampai kapan lagi aku harus menunggu?"

"Jika demikian, aku akan membawa Ibu pergi ke sana. Sesampainya di sana aku akan memberi tanda dengan menarik tongkat bambu agar Ibu bersujud. Baik atau buruk hasilnya bukan tanggung jawabku," kata Fan. Setelah itu ia menuntun tongkat bambu Li dan membawanya menuju depan kuil. Pertama-tama ia melaporkan hal ini ke dalam kemudian menyuruh Li masuk ke kuil tersebut.

Sesampainya di bawah tempat duduk pejabat, Fan menarik tongkat bambu Li, tetapi Li tidak menghiraukannya. Kemudian ia menarik tongkat bambu itu beberapa kali, namun justru Li membuang tongkat tersebut. Fan tampak sangat khawatir. Li berkata, "Mohon Tuan memerintahkan para petugas meninggalkan tempat ini, aku ingin mengatakan sesuatu." Bao pun menyuruh mereka pergi. "Para petugas telah pergi. Ketidakadilan apakah yang Ibu alami? Ceritakanlah," tanya Bao.

Li dengan meratap berseru, "Aiyo! Pejabat Bao, ibu surimu ini telah mengalami banyak penderitaan!" Mendengar hal ini, Bao sangat terkejut. Bao Xing yang berada di sampingnya pun bergemetar ketakutan. Seketika wajah hitam Bao juga berubah pucat. "Demi ibuku! Ia menyebut dirinya ibu suri! Bagaimanakah masalah ini akan berakhir?" pikir Bao Xing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun