Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 15)

29 April 2018   16:52 Diperbarui: 29 April 2018   17:00 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setelah naik ke atas kuda, ketika Bao menarik tali kekang kudanya, kuda tersebut meringkik, berjalan ke samping, dan menolak untuk maju. Li Cai di samping tidak dapat mengendalikan kuda tersebut agar mau berjalan. Akhirnya semuanya berhenti di tempat itu. Bao berpikir, "Kuda ini sudah bertahun-tahun mengikutiku. Terdapat tiga hal yang menyebabkannya tidak mau berjalan: ia bertemu dengan orang jahat, melihat hantu gentayangan, atau ada pembunuh yang mengincar nyawaku. Mungkinkah di tempat ini telah terjadi suatu kasus?" Setelah mengikat kudanya, ia menyuruh Bao Xing memanggil kepala desa di sana.

Tak lama kemudian kepala desa datang ke hadapan Bao dan berlutut memberi hormat kepadanya. Bao melihatnya dengan seksama. Orang ini berusia sekitar tiga puluh tahun dan memegang sebatang tongkat bambu di tangannya. Ia berkata, "Hamba, kepala desa Fan Zonghua, memberi hormat kepada Tuan Utusan Kaisar." "Apakah nama tempat ini?" tanya Bao. "Ini bukan sungai**, namanya Jembatan Caozhou (subprefektur rumput). Walaupun terdapat tempat penyeberangan di sini, tetapi tidak ada jembatan dan juga tidak ada rumput (cao) di sini. Entah bagaimana mulanya tempat ini mendapatkan nama demikian. Hamba juga bingung."

"Jawablah dengan singkat! Jawablah dengan singkat!" tegur para petugas di kedua sisi.

"Apakah ada kediaman pejabat di sini?" tanya Bao lagi. "Walaupun dari tempat ini dapat menuju jalan utama, tetapi tempat ini bukan kota pusat perdagangan, melainkan hanya sebuah tempat yang sepi dan terpencil. Bagaimana mungkin ada kediaman pejabat di sini? Selain itu daerah ini juga bukan kota pelabuhan...." "Tidak ada kediaman pejabat, kamu hanya perlu mengatakan tidak ada kediaman pejabat saja, tidak perlu banyak berbicara," sela Bao Xing dengan kesal.

Dari atas kuda Bao menunjuk suatu arah menggunakan cemetinya sambil bertanya, "Di depan ada bangunan tinggi, tempat apakah itu?" Fan menjawab, "Itu adalah Kuil Tianqi (Setingkat dengan Langit). Walaupun namanya Kuil Tianqi, tetapi di dalamnya terdapat aula Bodhisattva, aula Guanyu, dan aula Dewi Ibu (Xi Wangmu). Di sampingnya juga ada altar dewa bumi. Hanya ada seorang pendeta Taois tua yang menjaganya. Ini karena tidak banyak yang membakar dupa di sana sehingga tidak bisa mendukung banyak orang yang menjaganya."

Bao Xing kembali menegurnya, "Kamu terlalu banyak berceloteh! Siapa yang menanyakan hal tersebut?" Bao pun memerintahkan, "Kita menuju Kuil Tianqi." Para petugas mengiyakan dan Bao dengan menunggangi kudanya segera menuju kuil tersebut.

Bao Xing menggoyangkan tali kekang kudanya dan tiba terlebih dahulu di Kuil Tianqi untuk memberi jalan dan menghalau orang-orang yang tidak berkepentingan. Ia memberitahu pendeta Taois tua di sana, "Tuan Utusan Kaisar akan melewati kuil ini. Anda tidak perlu menyediakan teh. Kalian setelah membakar dupa harap segera mengundurkan diri. Tuan kami lebih menyukai ketenangan." Pendeta Taois itu pun mengiyakan. Ketika Bao tiba, Bao Xing segera menerima kudanya. Bao masuk ke dalam kuil lalu memerintahkan Li Cai mempersiapkan tempat duduk di beranda aula sebelah barat.

Ia sendiri bersama Bao Xing masuk ke aula utama. Sang pendeta Taois mempersiapkan dupa dan lilin serta membantu Bao membakarnya. Bao Xing kemudian memberi tanda melalui tatapan matanya dan pendeta tersebut pun mengundurkan diri. Bao keluar dari aula utama dan menuju beranda sebelah barat lalu duduk di tempat duduk yang telah disediakan. Ia menyuruh semua orang untuk beristirahat di luar kuil. Hanya bersama Bao Xing di sisinya, ia diam-diam memanggil kepala desa tersebut.

Bao Xing kemudian memanggil Fan Zonghua yang lalu memberi hormat kepada Bao Xing. Bao Xing berkata, "Aku melihat kamu sesungguhnya sangat pandai, tetapi kamu terlalu banyak bicara. Nanti ketika Tuan menanyakan sesuatu, jawablah secara singkat. Untuk apa kamu berbicara melantur dan menambahkan rincian yang tidak perlu?" Sambil tersenyum Fan berkata, "Hamba takut jika tidak menjawab secara rinci maka Tuan akan menyalahkanku. Oleh sebab itu hamba menjawab secara panjang lebar. Siapa sangka perkataan hamba terlalu banyak. Mohon Tuan Kedua memaafkan hamba."

"Siapa yang menyalahkan kamu? Aku hanya mengingatkan kamu, takutnya perkataan kamu terlalu banyak sehingga justru menyebabkan Tuan marah. Sekarang Tuan memanggil kamu lagi, kamu pergilah menemui Tuan. Apa yang ditanyakan jawablah sesuai pertanyaannya, tidak perlu berceloteh panjang lebar," kata Bao Xing. Fan pun berulang-ulang mengiyakan lalu mengikuti Bao Xing menuju beranda sebelah barat dan bersujud memberi hormat kepada Bao.

Bao bertanya kepada Fan, "Di daerah ini pada keempat arah mata angin apakah ada penduduk yang mendiaminya?" Fan menjawab, "Sebelah selatan adalah menuju jalan utama, sebelah timur terdapat hutan elm, sebelah barat terdapat bukit pasir kuning, dan sebelah utara terdapat tempat pembakaran yang sudah tidak digunakan. Semuanya terdapat tidak lebih dari dua puluh keluarga di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun