Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 5)

1 Februari 2018   21:47 Diperbarui: 11 September 2018   13:04 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bao bertanya, "Jika memang pemberian teman baik kamu, siapakah namanya? Katakan sejujurnya!" Lu Pei menjawab, "Teman baik saya bermarga Pi dan bernama Xiong, ia adalah ketua para pedagang kuda. Semua orang mengenalnya." Mendengar nama Pi Xiong, Bao teringat dengan kejadian di rumah makan sebelumnya dan menyuruh dua orang petugas pengadilan membawa Pi Xiong ke pengadilan. Kemudian ia menutup sidang sementara untuk makan siang.

Tak lama kemudian para petugas datang berseru, "Pi Xiong tiba!" Bao segera membuka sidang: "Hadirkan Pi Xiong!" Pi Xiong memasuki ruang sidang dan berlutut sambil berkata, "Tuan memanggil hamba ada apakah gerangan?" Bao berkata, "Dengar-dengar kamu memiliki sebuah gantungan batu karang, benarkah?" "Benar, tiga tahun yang lalu hamba menemukannya." "Apakah kamu memberikan gantungan itu kepada orang lain?" "Hamba tidak tahu siapa pemilik yang kehilangan barang itu, bagaimana mungkin memberikannya kepada orang lain?" "Gantungan itu sekarang ada di mana?" "Hamba menyimpannya di dalam rumah." Bao memerintahkan Pi Xiong pergi membawa gantungan tersebut kemudian memanggil Lu Pei.

Bao berkata, "Baru saja aku bertanya kepada Pi Xiong, ia tidak memberikan gantungan ini kepadamu, bagaimana mungkin gantungan ini berada di tanganmu? Cepat katakan!" Lu Pei dalam kebingungan akhirnya mengatakan bahwa istri Pi Xiong, yang bermarga Liu, memberikan barang itu kepadanya. Bao mendengar perkataan ini menyadari ada sesuatu yang tidak beres lalu bertanya, "Mengapa Liu memberikan kamu gantungan tersebut? Katakan sejujurnya!" Lu Pei pun terdiam. Bao memerintahkan, "Tampar dia!" Para petugas akan maju ketika melihat Lu Pei melambaikan tangan dan berkata, "Tuan jangan marah, saya akan mengatakannya." Ternyata ia dan Liu berselingkuh; Liu yang memberikan gantungan tersebut kepadanya diam-diam.

Pi Xiong yang telah datang ke ruang sidang dan mengetahui istrinya berselingkuh dengan Lu Pei melihatnya dengan perasaan tidak tenang. Bao segera memanggil Liu datang. Siapa sangka Liu yang membenci suaminya karena memiliki wanita lain dan tidak mencintainya sepenuh hati, datang ke pengadilan. Tanpa perlu ditanyai, Liu mengatakan suaminya Pi Xiong berselingkuh dengan istri Yang Dacheng yang bermarga Bi. "Gantungan ini berasal dari milik Bi, yang kemudian diberikan kepada suami hamba dua atau tiga tahun yang lalu. Ia memberikannya kepada hamba dan hamba memberikannya secara diam-diam kepada Lu Pei." Bao segera mengeluarkan perintah memanggil Bi ke pengadilan.

Ketika Bao sedang menanyai para terdakwa, tiba-tiba terdengar suara pukulan genderang. Bao menyuruh orang yang memukul genderang itu masuk ruang sidang. Orang itu berusia lima puluh tahun dan ternyata adalah paman Kuang Bizheng yang bernama Kuang Tianyou. Karena mendengar ada orang yang melaporkan keponakannya ke kantor pemerintahan, segera ia datang untuk melapor: "Tiga tahun yang lalu, hamba mempercayakan Yang Dacheng mengambil kain sutera ke toko kain sutera lain dan memberikan gantungan itu sebagai jaminannya. Setelah beberapa hari, hamba tidak melihat Yang datang ke toko lagi, juga tidak melihat gantungan itu lagi. Kemudian hamba mendatangi rumah Yang. Ternyata Yang sudah meninggal dunia pada malam hari itu dan keberadaan gantungan itu tidak diketahui lagi. Dalam hati hamba hanya bisa menahan amarah. Tidak disangka hari ini keponakan hamba melihat gantungan itu dan diperkarakan oleh orang ini di pengadilan Tuan. Hamba hanya memohon Tuan memberikan keputusan yang adil dan membersihkan tuduhan salah ini!" Kemudian ia bersujud tidak mengangkat kepalanya sedikit pun.

Bao akhirnya paham dan segera memanggil Pi Xiong dan Bi. Ia bertanya kepada Bi, "Suami kamu bagaimana bisa meninggal dunia?" Sebelum Bi dapat menjawabnya, Pi Xiong di sampingnya berseru, "Ia meninggal akibat serangan jantung." Bao memukul meja dan berkata, "Anjing keparat! Suaminya meninggal karena serangan jantung, mengapa kamu bisa mengetahuinya? Pasti ini rencana jahat kamu. Cepat katakan sejujurnya bagaimana kamu membunuh Yang!" 

Para petugas di kedua sisi berseru, "Mengakulah! Mengakulah! Mengakulah!" Pi Xiong menjawab dengan ketakutan, "Hamba benar berselingkuh dengan Bi, tetapi hamba tidak merencanakan membunuh Yang." "Kamu penjilat! Ingatkah kamu sebelumnya ingin makan di rumah makan. Belum selesai makan dan minum arak, raut wajahmu pucat dan salah tingkah. Hari ini kamu sudah datang ke pengadilan, tetapi masih berani membantah! Petugas, berikan hukuman!" perintah Bao.

Pi Xiong ketakutan setengah mati, tidak dapat berkata apa-apa dan berpikir, "Tuan ini demikian mengetahui, tidak ada yang dapat disembunyikan darinya. Aku sebaiknya mengatakan yang sebenarnya untuk menghindari hukuman." Kemudian ia berulang kali bersujud sampai kepalanya mengenai lantai dan memohon, "Tuan jangan marah, hamba akan mengaku." Bao berseru, "Mengakulah!" Pi Xiong pun bercerita, "Karena hamba berselingkuh dengan Bi, saling terikat erat satu sama lain, kami takut Yang tahu hubungan kami dan memisahkan kami. Kemudian kami mengatur rencana membuatnya mabuk dan membunuhnya dengan pisau, lalu diam-diam mempersiapkan peti mati untuk jenazahnya, dan mengatakan kepada orang-orang bahwa ia tiba-tiba terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Waktu itu hamba menemukan sebuah gantungan batu karang dan membawanya pulang ke rumah. Kemudian hamba memberikannya kepada istri hamba. Demikianlah kejadian yang sebenarnya." Lalu Bao memerintahkan ia menandatangani pengakuan.

Akhirnya diputuskan bahwa Bi dihukum mati dengan dipotong-potong tubuhnya, Pi Xiong dihukum penggal, Lu Pei menerima hukuman empat puluh kali pukulan, Liu diserahkan ke rumah bordil, serta paman dan keponakan Kuang mendapatkan kembali gantungan batu koral miliknya. Demikianlah semua orang mengetahui bahwa Bao Zheng memecahkan kasus bagaikan seorang dewa dan ini tersebar luas ke segala penjuru sampai terdengar oleh seorang kakek dari Shangyi yang berjiwa ksatria dan pemberani.

Di daerah Xiao Sha (Pasir Kecil) hiduplah seorang kakek bernama Zhang San yang bersifat jujur, berperilaku baik, serta berjiwa ksatria dan pemberani. Oleh sebab itu, orang-orang memanggilnya sebagai "Bie Guo", yang berarti orang tua (guo) yang berbeda dari orang kebanyakan (bie). Ia mencari nafkah dengan mengumpulkan kayu bakar. Karena sudah cukup berumur, ia tidak bisa mengangkat kayu bakarnya sendirian, maka ia menyuruh orang-orang membantunya membawa kayu bakar dan menimbangnya. Setelah mendapatkan hasilnya, ia berbagi keuntungan kepada orang-orang yang membantunya. Ini adalah kebaikan hatinya terhadap orang-orang.

Suatu hari ketika sedang tidak ada pekerjaan, ia teringat, "Tiga tahun yang lalu Zhao Da dari daerah rawa Dong Ta (Pagoda Timur) berhutang padaku satu pikul kayu bakar seharga empat ratus mata uang. Jika aku tidak menagihnya, ini akan membuat teman-temanku berkecil hati. Aku benar-benar tidak tenang dan merasa bersalah. Karena hari ini tidak ada pekerjaan, mengapa aku tidak pergi jalan-jalan saja?" Kemudian bertumpu pada tongkat bambunya, ia mengunci pintunya dan pergi menuju rawa Dong Ta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun