Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 3)

3 Juli 2016   13:33 Diperbarui: 15 Februari 2018   23:58 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia segera keluar melihat. Ternyata pintu gerbang telah dikunci dari luar. Ia melihat ke tempat lain tidak ada jalan keluar dan segera berlari kembali. Bao Zheng memeriksa hal ini dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bao Xing terdiam sejenak lalu berkata, “Tuan Ketiga, kita harus segera mencari jalan keluar.” Bao Zheng menjawab, “Pintu gerbang sudah terkunci, juga tidak ada jalan keluar lain, bagaimana bisa keluar?” Bao Xiang berkata, “Sekarang ada kursi dan meja, saya akan memindahkannya ke sisi tembok, Tuan Muda segera melompati tembok menyelamatkan diri. Jika bhiksu jahat itu datang, saya akan menghadapinya.”

Bao Zheng berkata, “Aku sendiri pendek tidak dapat memanjat tangga dan melompat tinggi. Engkau segeralah melompati tembok dan menyelamatkan diri. Setelah pulang ke rumah memberitahu orang-orang, engkau bisa membalas dendam.” Bao Xing sambil menangis berkata, “Tuan Ketiga tidak bisa pergi ke mana-mana, saya berhutang nyawa pada tuan dan tidak akan meninggalkan tuan!”

Bao Zheng berkata, “Jika demikian, kita berdua hanya bisa mati bersama-sama dan menunggu bhiksu itu datang melakukan apa yang diinginkannya. Tidak ada pilihan lain selain menanti takdir dari langit.” Bao Zheng memindahkan kursi di antara pintu gerbang dan duduk dengan tegap. Bao Xing tidak memiliki apa-apa untuk digunakan, kemudian mengambil palang pintu pada tangannya di hadapan Bao Zheng dan berkata, “Jika ia datang, saya akan memukulnya dengan palang pintu dengan tiba-tiba.” Kedua matanya menatap tajam ke arah pintu gerbang.

Ketika mereka sedang menatap pintu itu, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar. Pintu terbuka dan muncullah seseorang. Bao Xing sangat ketakutan dan palang pintu terjatuh ke tanah. Sekujur tubuhnya bergemetaran karena ketakutan setengah mati. Terlihat orang itu dari atas kepala sampai ke bawah kaki berpakaian hitam. Bao Zheng melihat dengan seksama. Ia bukan orang lain, melainkan orang dunia persilatan yang tadi siang bertemu di rumah makan. Bao Zheng segera menyadari ia bersama pendeta Taois yang dalam pembicaraannya akan bertemu lagi malam ini. Orang ini pasti seorang ksatria.

Sebelumnya pendeta Taois itu juga datang ke kuil ini. Semuanya karena Fa Ben dan Fa Ming merampas para wanita. Bhiksu tua memarahi mereka, tetapi keduanya tidak menerimanya lalu membunuh bhiksu tua. Pendeta Taois itu tidak berani ikut campur, tetapi ingin membalaskan dendam sang bhiksu tua. Oleh sebab itu, ia melaporkannya kepada pejabat yang berwenang. Namun tak disangka bhiksu jahat itu memberikan uang melalui pelayan pejabat tersebut untuk menyuapnya sehingga pendeta Taois itu menerima hukuman dua puluh pukulan. Ia dituduh berbuat kesalahan dan diusir keluar desa.

Pendeta Taois itu tidak dapat menerima perlakuan yang tidak adil ini dan pergi ke tengah hutan untuk bunuh diri, tetapi bertemu dengan Zhan Zhao yang sedang mengadakan perjalanan ke tempat itu. Ia pun menyelamatkannya. Setelah mengetahui permasalahannya, Zhan Zhao menyuruhnya menunggu di rumah makan. Ia kemudian diam-diam menyelidiki hal ini. Setelah itu ia datang ke rumah makan dan memberikan pendeta Taois itu uang. Tak disangka ia bertemu dengan Bao Zheng. Setelah menemani Bao minum beberapa lama, ia memohon diri terlebih dahulu dan kembali ke penginapannya untuk beristirahat.

Setelah siang berlalu, ia menyamar dengan berpakaian seperti pelancong, melayang ke atas atap, dan masuk ke dalam kuil dengan melompati tembok. Dengan diam-diam ia masuk ke dalam aula utama, di dalamnya melihat kedua bhiksu jahat tersebut bersama-sama empat atau lima orang wanita sedang meminum arak dan bersenang-senang. Mendengar mereka berkata, “Calon peserta ujian negara di aula kecil Yuntang. Kita menunggu sampai tengah malam baru mengurus mereka juga masih belum terlambat.”

Zhan Zhao mendengar hal ini, diam-diam berkata, “Aku pergi menyelamatkan orang itu terlebih dulu, kemudian baru membunuh para bhiksu jahat ini. Takutnya jika ia terbunuh, maka tidak bisa berbuat apa-apa.”Kemudian ia pergi ke aula kecil Yuntang dan menggunakan pedang bermata dua yang sangat besar memotong cincin besi pintu yang terkunci. Ia masuk ke dalam dan melihat ternyata orang itu adalah Bao Zheng.

Ia membawa Bao Zheng keluar lalu berkata kepada Bao Xing, “Ikutlah denganku.” Mereka keluar dari aula kecil itu dari samping sudut pintu gerbang menuju ke belakang tembok. Ia mengeluarkan tali besar dari kantong buntelannya dan mengikatkannya pada pinggang Bao Zheng. Ia memegang ujung tali, melompat ke atas tembok, lalu membungkukkan badan. Tangannya pelan-pelan menarik Bao Zheng ke atas tembok lalu berkata, “Setelah kakak turun, segera lepaskan ikatan talinya, tunggu saya menolong pelayan anda.”

Setelah menginjakkan kaki di atas tanah, Bao Zheng segera melepaskan ikatan tali itu. Zhan Zhao naik ke atas lagi, menolong Bao Xing lagi berkata, “Kalian berdua segeralah pergi dari sini.” Dalam sekejap ia pun tidak terlihat lagi.

Bao Xing menuntun Bao Zheng melarikan diri dan tidak berani sedikit pun berhenti selangkah pun. Dengan bersusah payah mereka akhirnya tiba di sebuah desa. Hari sudah menjelang subuh dan dari jauh terlihat cahaya. Bao Xing berkata, “Baguslah, ada rumah orang. Kita bisa beristirahat sementara, menunggu hari terang baru melanjutkan perjalanan lagi.” Ia segera maju mengetuk pintu. Pintu terbuka, keluarlah seorang kakek tua dan menanyakan siapakah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun