Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semoga Lekas Pulih, Pak Iqbal

29 Maret 2024   20:00 Diperbarui: 29 Maret 2024   20:01 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin, 18 Maret 2023, perjalanan menuju ke RSU Abdul Muluk terbilang lancar. Setelah melewati pasir gintung, ada lampu merah, ambil kiri, ambil tiket parkir, cukup dengan mengarahkan tangan ke arah sensor, secarik kertas keluar, lalu palang pintu parkir terbuka. menuju ke area parkir yang ada di sisi kanan. Usai menaruh helm ke dalam bagasi motor, Udin berjalan menuju ke ruang Alamanda, melangkah ke lantai 4. Ruang 405, sebuah gedung bernuansa biru.

Udin mungkin menarik nafas lega karena berhasil melewati proses parkir tanpa hambatan yang berarti. Dia mungkin memperhatikan sekitar, mencatat nuansa dan suasana sekitar rumah sakit tersebut. Udin bisa melihat beberapa orang masuk dan keluar, sementara kendaraan ambulans terdengar bersirene di kejauhan.

Melangkah masuk ke dalam ruang tunggu RSU Abdul Muluk, Udin mungkin merasa campuran perasaan gelisah dan harap-harap cemas, dia memiliki perasaan was-was tentang kondisi kesehatannya atau seseorang yang dicintainya yang berada di sana untuk perawatan medis.

Udin berjalan dengan langkah mantap menuju ruang Alamanda, memperhatikan sekelilingnya yang tenang, Udin merasa lega bahwa perjalanan menuju RSU Abdul Muluk berjalan lancar, meskipun ia kekhawatiran dan kegelisahan. Ia lebih suka menaiki tangga dari pada menggunakan lift karena antrian yang mengular, ia juga enggan berdesakan di ruang lift. 


Di lantai 4, Udin mencari ruang 405. Dia menemukan ruangan ini dengan mudah karena beberapa kerabatnya pernah dirawat di ruangan yang sama. Udin lalu masuk dengan hati-hati.

"Assalamualaikum," ucapnya  begitu masuk ke dalam ruangan. Udin melihat dengan hati yang berat saat perawat tengah memasang alat bantu bernapas untuk Pak Iqbal. Batuknya terdengar mengkhawatirkan, dan Udin bisa merasakan kegelisahan dalam ruangan itu. Udin menghampiri perawat dengan langkah hati-hati.

"Maaf, maaf. Ini Pak Iqbal?" tanyanya dengan suara pelan, menghormati situasi yang sedang berlangsung.

Perawat itu mengangguk sambil menatap Udin. "Iya, ini Pak Iqbal. Dia kembali dirawat setelah sebelumnya pulang dan kemudian kembali mengalami masalah kesehatan. Kami sedang melakukan perawatan lebih lanjut untuknya."

Udin menaruh tangannya di pundak Pak Iqbal dengan penuh empati. "Semoga cepat sembuh, Pak. Saya akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Anda," ucapnya dengan hangat.

Pak Iqbal menatap Udin dengan mata yang penuh kelelahan namun tetap penuh rasa syukur atas kehadiran teman atau keluarga yang datang menjenguknya. Udin bisa merasakan rasa kebersamaan dan dukungan di dalam ruangan itu, meskipun suasana sedikit tegang karena kondisi kesehatan Pak Iqbal yang memprihatinkan.

Melihat Bu Farida yang tengah mengenakan mukena, Udin menyadari bahwa dia mungkin baru saja menyelesaikan shalat Ashar. Dia merasa sedikit lega melihat bahwa ada kehadiran istri Pak Iqbal di sampingnya, memberikan dukungan moral dan kehadiran yang nyaman bagi suaminya di saat-saat sulit ini.

Dengan langkah yang tenang, Udin mendekati Bu Farida dengan senyum hangat di wajahnya. "Assalamualaikum, Bu Farida. Semoga Allah memberkahi Anda dan memberikan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini," ucapnya dengan lembut.

Bu Farida mengangguk dengan tersenyum lembut, terlihat berusaha menjaga ketenangan dalam situasi yang sulit ini. "Waalaikumsalam, terima kasih atas doanya. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menghadapi ujian ini dengan sabar," jawabnya dengan suara lembut.

Udin menghampiri Bu Farida dan duduk di dekatnya, menawarkan dukungan dan kehadiran sebagai teman atau keluarga. Meskipun suasana di ruangan itu mungkin tegang, kehadiran mereka saling mendukung satu sama lain, menciptakan rasa kebersamaan dan harapan untuk kesembuhan Pak Iqbal.

Udin mengamati dengan hati-hati saat alat bantu pernapasan mulai berfungsi. Meskipun terlihat tidak nyaman, Pak Iqbal akhirnya mulai bernapas dengan lebih teratur. Udin merasa lega melihat bahwa alat itu mulai memberikan efek positif, mengurangi intensitas batuk Pak Iqbal.

Perawat yang hadir di ruangan juga menunjukkan ekspresi yang sedikit lebih tenang, menandakan bahwa mereka melihat perubahan positif dalam kondisi Pak Iqbal. Udin memutuskan untuk tetap duduk di samping Bu Farida, memberikan kehadiran dan dukungan moral bagi keduanya.

Mereka semua duduk bersama dalam hening, menunggu selama 20 menit sesuai instruksi perawat. Udin memanfaatkan momen itu untuk mengirim doa-doa terbaiknya bagi kesembuhan Pak Iqbal. Setiap detik terasa berharga dalam ruangan itu, diisi dengan harapan dan doa untuk kebaikan.

Setelah 20 menit berlalu, perawat memeriksa kondisi Pak Iqbal sekali lagi. Mereka mengetuk pelan pada peralatan medis yang membantu pernapasan Pak Iqbal, memastikan semuanya berfungsi dengan baik. Setelah memastikan bahwa alat itu bekerja optimal, mereka memutuskan untuk tetap membiarkannya.

Dengan harapan dan doa yang terus mengalir, Udin, Bu Farida, dan perawat tetap berada di samping Pak Iqbal, siap memberikan dukungan sebanyak yang diperlukan selama proses pemulihannya. Meskipun perjalanan mungkin masih panjang, mereka bersama-sama menghadapinya dengan keyakinan dan keteguhan hati.

Suara pintu yang terbuka membuat Udin menoleh, melihat dua orang gadis remaja memasuki ruangan. Mereka adalah anak bungsu Pak Iqbal, Fadilla yang langsung diikuti oleh sepupunya, keponakan Bu Farida. Udin menyambut kedatangan mereka dengan senyum hangat, menyadari betapa pentingnya dukungan keluarga dalam situasi seperti ini.

"Assalamualaikum," sapa Udin dengan lembut saat kedua gadis itu masuk.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak sambil menatap ke arah ayah mereka yang tengah dirawat dengan tatapan penuh perhatian dan kekhawatiran.

"Mereka datang untuk menjenguk ayah mereka," jelas Bu Farida kepada Udin sambil memberi isyarat kepada kedua gadis itu untuk mendekati tempat duduknya.

Udin bangkit dari tempat duduknya untuk memberi tempat kepada kedua gadis itu, mengizinkan mereka duduk di sebelah ayah mereka. Udin bisa melihat sentuhan lembut dan penuh cinta dari kedua gadis itu saat mereka berada di samping Pak Iqbal.

"Bagaimana kabar ayah, Ma?" tanya gadis remaja yang tampak sedikit lebih tua di antara keduanya, dengan suara lembut namun penuh kekhawatiran.

Bu Farida membalas dengan senyum lembut, mencoba menenangkan kedua gadis itu. "Ayah sedang mendapatkan perawatan yang baik, sayang. Kita semua berharap agar beliau segera pulih," jawabnya dengan penuh keyakinan.

Kedua gadis itu mengangguk, menerima jawaban ibu mereka dengan ekspresi yang penuh pengertian. Mereka kemudian berusaha membuat suasana di ruangan itu menjadi lebih ceria dengan bercerita tentang apa yang mereka lakukan di sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya, mencoba sedikit mengalihkan perhatian dari situasi yang tegang di sekitar mereka.

Udin melihat dengan hangat bagaimana kehadiran kedua gadis itu membawa sedikit keceriaan dan harapan di tengah situasi yang sulit ini. Mereka semua duduk bersama, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, siap menghadapi perjalanan pemulihan yang akan datang dengan kebersamaan dan keteguhan hati.

Kedatangan pria muda dan wanita muda yang menggendong balita membuat suasana di ruangan itu menjadi lebih hidup. Mereka adalah anak Pak Iqbal, Ilham beserta istri dan anaknya, memberikan kehadiran yang lebih lengkap dari keluarga Pak Iqbal di sisi tempat tidurnya.

Udin menyambut mereka dengan senyum hangat saat mereka masuk. "Assalamualaikum," sapa Udin, merasa lega melihat keluarga Pak Iqbal lengkap hadir di sisi ayah dan kakek mereka.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak, sambil menatap dengan penuh perhatian ke arah Pak Iqbal yang tengah dirawat.

Ilham memasuki ruangan dengan langkah hati-hati, sementara istri Pak Iqbal berjalan di sebelahnya sambil menggendong balita mereka. Udin bisa merasakan getaran cinta dan kepedulian dari kedatangan mereka, menunjukkan betapa kuatnya ikatan keluarga di antara mereka.

"Bagaimana keadaan ayah, Ma?" tanya Ilham dengan suara lembut, tampak khawatir melihat kondisi ayahnya.

Bu Farida mencoba memberikan jawaban yang menenangkan. "Ayah sedang dalam perawatan yang baik, sayang. Semua sedang berusaha yang terbaik untuk memastikan kesembuhannya," ucapnya dengan penuh harapan.

Sementara itu, istri Pak Iqbal menghampiri tempat tidur suaminya dengan hati-hati, memeluknya dengan lembut sambil membisikkan kata-kata penuh kasih sayang. Udin bisa melihat bagaimana kehadiran mereka memberikan semangat dan kekuatan tambahan bagi Pak Iqbal di tengah-tengah proses pemulihannya.

Balita yang digendong istri Pak Iqbal juga memberikan sedikit keceriaan di tengah suasana yang tegang. Sorot mata kecilnya penuh dengan kepolosan dan kebahagiaan, membawa sedikit sinar harapan dalam ruangan yang sedang diuji ini.

Udin mengamati dengan penuh haru bagaimana keluarga Pak Iqbal saling mendukung dan menguatkan satu sama lain di saat yang sulit ini. Mereka semua duduk bersama, saling menyemangati dan berharap yang terbaik untuk kesembuhan Pak Iqbal.

Melihat Pak Iqbal berusaha berkomunikasi dengan cucunya, Udin bisa merasakan kehangatan dan keinginan yang kuat dari Pak Iqbal untuk terhubung dengan cucunya meskipun dalam kondisi yang sulit. Namun, Udin juga menyadari bahwa cucu itu tampaknya kurang mengenali kakeknya karena alat bantu pernapasan yang dikenakan Pak Iqbal.

Dengan penuh perhatian, istri Pak Iqbal mencoba menjelaskan situasi kepada cucunya dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang. Dia membisikkan beberapa kata dan memperkenalkan kembali cucunya kepada kakeknya.

Sementara itu, Pak Iqbal mencoba tersenyum meskipun sedikit terhambat oleh alat bantu pernapasan yang dipakainya. Dia berusaha berbicara dengan lembut, mencoba menyampaikan kehangatan dan cinta kepada cucunya meskipun dalam situasi yang tidak ideal.

Udin bisa merasakan betapa pentingnya momen itu bagi Pak Iqbal dan keluarganya. Meskipun mungkin sulit bagi cucunya untuk mengenali kakeknya dalam kondisi seperti itu, kehadiran mereka semua di ruangan itu menciptakan rasa kebersamaan dan dukungan yang tak tergantikan.

Mereka semua berusaha untuk menjaga semangat dan harapan di tengah-tengah cobaan yang sedang mereka hadapi. Udin mengamati dengan penuh kehangatan bagaimana keluarga Pak Iqbal saling mendukung dan menyayangi satu sama lain di saat yang sulit ini, membawa sedikit cahaya dalam kegelapan yang melingkupi mereka.

Saat hampir pukul 5 sore, waktu makan dan minum obat Pak Iqbal, Udin melihat dengan penuh perhatian bagaimana proses tersebut berlangsung. Ilham membantunya untuk duduk dengan hati-hati, memastikan kenyamanan ayahnya.

Proses persiapan makanan dan minum obat dimulai dengan membuka sisi penyangga tempat tidur sebelah kiri, yang kemudian diikuti dengan menggeser posisi gantungan infus untuk memberi ruang bagi Pak Iqbal untuk duduk dengan nyaman. Udin membantu dengan memperhatikan segala kebutuhan yang diperlukan selama proses tersebut.

Setelah posisi Pak Iqbal teratur, Ilham kemudian membantu ayahnya untuk duduk dengan hati-hati di tepi tempat tidurnya. Udin memperhatikan dengan seksama, siap memberikan bantuan jika diperlukan.

Sementara itu, perawat atau anggota keluarga yang hadir mempersiapkan makanan dan obat-obatan yang harus dikonsumsi oleh Pak Iqbal. Udin merasa haru melihat bagaimana semua orang di sekitar Pak Iqbal bekerja sama untuk memastikan bahwa kebutuhan ayah dan kakek mereka terpenuhi dengan baik.

Udin bertindak sebagai pengawas di sekitar proses ini, memastikan bahwa semua langkah diambil dengan hati-hati dan kehati-hatian, dan bahwa Pak Iqbal merasa nyaman dan aman sepanjang proses ini.

Saat semua sudah siap, Pak Iqbal diberi makanan dan minuman obatnya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Udin melihat dengan senyuman lega, merasa terharu melihat bagaimana kebersamaan dan perhatian keluarga mampu membawa sedikit kelegaan di tengah-tengah perjalanan pemulihan yang sulit ini.

Dengan penuh kasih sayang, Bu Farida memegang piring berisi satu porsi kupat tahu, makanan yang mungkin sangat disukai oleh Pak Iqbal. Udin bisa melihat bagaimana Bu Farida dengan lembut dan hati-hati menyuapi suaminya dengan penuh perhatian.

"Pak, coba makan sedikit," ucap Bu Farida dengan suara lembut, sambil membawa sendok ke arah mulut Pak Iqbal.

Pak Iqbal, mencoba untuk memakan makanan yang disuapkan oleh istrinya. Udin melihat dengan haru bagaimana Pak Iqbal berusaha keras untuk menerima makanan tersebut meskipun dalam kondisi yang mungkin sulit baginya.

Bu Farida terus menyemangati dan mendukung Pak Iqbal, memberinya waktu yang cukup untuk menelan setiap suapan makanan. Udin merasa terharu melihat betapa kuatnya ikatan antara suami dan istri ini, di mana satu sama lain saling memberikan dukungan dan kasih sayang di saat yang sulit.

Setelah selesai memberikan makanan, Bu Farida memastikan bahwa Pak Iqbal juga minum obat-obat yang telah disiapkan. Udin melihat dengan penuh kehangatan bagaimana keluarga Pak Iqbal saling bekerja sama dalam proses ini, dengan penuh kasih sayang dan perhatian.

Meskipun situasi di sekitar mereka mungkin sulit, kehadiran keluarga dan cinta yang mereka bagikan membawa sedikit kelegaan dan harapan dalam ruangan yang penuh dengan tantangan ini. Udin berdoa agar kebersamaan dan kekuatan ini terus menguatkan mereka dalam perjalanan pemulihan yang ada di depan.

Setelah selesai makan, Pak Iqbal mulai minum obat yang telah disiapkan oleh putranya. Udin melihat dengan penuh perhatian bagaimana Ilham dengan lembut memberikan obat tersebut kepada ibunya, Bu Farida, untuk diberikan kepada suaminya.

"Bu, ini obatnya," kata putra Pak Iqbal sambil memberikan wadah obat kepada ibunya.

Bu Farida menerima obat tersebut dengan hati-hati, menunjukkan betapa penuh tanggung jawabnya dalam menjaga kesehatan suaminya. Dengan penuh perhatian, ia kemudian membantu Pak Iqbal untuk minum obat tersebut.

Sementara itu, Ilham segera mengambil segelas air putih untuk memastikan ayahnya dapat menelannya dengan baik. Udin melihat bagaimana segala langkah diambil dengan penuh perhatian dan kehati-hatian, menunjukkan betapa pentingnya perawatan yang baik dalam proses pemulihan Pak Iqbal.

Setelah Pak Iqbal selesai minum obat, Ilham menempatkan wadah obat tersebut kembali ke tempatnya semula. Udin merasa terharu melihat bagaimana keluarga Pak Iqbal bekerja sama secara timbal balik, saling mendukung dan memastikan bahwa kebutuhan ayah dan suami mereka terpenuhi dengan baik.

Momen-momen seperti ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan keluarga dalam menghadapi cobaan yang sulit. Udin berdoa agar keluarga Pak Iqbal terus diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi perjalanan pemulihan yang ada di depan.

Ketika infus Pak Iqbal berhenti, putra Pak Iqbal dengan cepat bertindak. Dia meminta sepupunya untuk memanggil perawat jaga agar segera datang dan mengganti infus yang telah berhenti itu. Udin melihat bagaimana putra Pak Iqbal bergerak dengan tangkas dan penuh perhatian dalam menangani situasi tersebut.

"Tolong panggil perawat jaga!" ucap Ilham kepada sepupunya dengan suara yang tenang namun tegas.

Sepupunya yang langsung memahami pentingnya situasi itu, dengan cepat bergerak keluar ruangan untuk mencari perawat jaga. Udin melihat bagaimana semua orang di ruangan itu tetap tenang dan fokus dalam mengatasi masalah yang muncul, menunjukkan kesiapan dan koordinasi yang baik dalam menghadapi situasi yang darurat.

Sementara menunggu perawat jaga datang, Ilham memastikan bahwa infus yang telah berhenti tidak menyebabkan masalah lebih lanjut bagi kesehatan ayahnya. Dia memeriksa perangkat infus dengan hati-hati, memastikan tidak ada hal-hal yang perlu ditangani sementara menunggu bantuan dari perawat.

Ketika perawat jaga tiba, mereka segera mengganti infus yang telah berhenti dengan yang baru. Udin melihat dengan lega bagaimana situasi segera ditangani dengan baik oleh tim medis yang bertugas, menunjukkan profesionalisme dan keahlian mereka dalam menangani situasi darurat seperti ini.

Setelah infus diganti, Pak Iqbal kembali mendapatkan perawatan yang dibutuhkannya untuk mendukung proses pemulihannya. Setelah memperbaiki infus, perawat jaga juga membawa tensi meter untuk memeriksa kondisi tekanan darah Pak Iqbal. Perawat jaga dengan cermat mempersiapkan alatnya, menunjukkan keahlian dan ketelitian dalam menjalankan tugasnya.

Dengan lembut, perawat jaga mendekati Pak Iqbal dan meminta izin untuk memeriksa tekanan darahnya. Pak Iqbal dengan patuh memberikan izin, menunjukkan kepercayaan dan kerjasama yang baik terhadap tim medis yang merawatnya.

Perawat jaga kemudian dengan teliti menggulung lengan Pak Iqbal dan menempatkan manset tensi meter di sekitar lengan yang telah disiapkan. Perawat jaga dengan hati-hati memonitor proses pengukuran tekanan darah, memastikan bahwa semua langkah diambil dengan benar.

Setelah proses pengukuran selesai, perawat jaga membaca hasilnya dengan cermat. Ia mencatat hasil pengukuran dengan teliti dan profesional. Kemudian, dia memberikan informasi tentang hasil pengukuran kepada Pak Iqbal dan keluarganya dengan jelas dan mendetail.

"Tekanan darah Pak Iqbal terlihat stabil saat ini, tetapi tetap perlu dipantau dengan cermat. Jika ada perubahan atau gejala yang mencurigakan, jangan ragu untuk memberi tahu kami," ucap perawat jaga dengan suara yang tenang namun penuh perhatian.

Keluarga Pak Iqbal mengangguk sebagai tanda pengertian, menunjukkan bahwa mereka memahami pentingnya pemantauan terhadap kondisi kesehatan Pak Iqbal. Udin merasa lega melihat bagaimana perawat jaga dan keluarga bekerja sama untuk memastikan kesehatan Pak Iqbal tetap terjaga dengan baik.

Setelah semua prosedur selesai, Udin merasa sedikit lega karena melihat bahwa Pak Iqbal mendapatkan perawatan yang baik dan profesional dari tim medis yang bertugas. Semua orang di ruangan itu kembali fokus pada mendukung proses pemulihan Pak Iqbal dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Dengan lega, Bu Farida mengumumkan bahwa tekanan darah Pak Iqbal dalam keadaan normal setelah makan kupat tahu. Udin merasakan gelombang kelegaan melalui ruangan saat berita tersebut disampaikan.

"Alhamdulillah," ucap Udin dengan suara yang penuh syukur.

Semua orang di ruangan itu merespons dengan senyuman dan ekspresi yang penuh harapan. Kondisi tekanan darah yang normal merupakan berita baik yang menunjukkan bahwa Pak Iqbal siap untuk menjalani sesi kemoterapi berikutnya.

"Kita siap untuk menjalankan sesi kemoterapi, semoga segalanya berjalan lancar," ujar Bu Farida dengan suara yang penuh keyakinan.

Udin melihat bagaimana keberanian dan keteguhan hati Bu Farida membawa semangat kepada semua orang di ruangan itu. Meskipun tantangan masih ada di depan, mereka semua siap menghadapinya dengan penuh harapan dan kesatuan.

Dengan persiapan yang teliti dan dukungan penuh dari keluarga dan tim medis, Pak Iqbal siap untuk melanjutkan perjalanan pemulihannya. Udin mengucapkan doa terbaiknya untuk kesuksesan sesi kemoterapi yang akan datang, berharap bahwa semua langkah yang diambil akan membawa kesembuhan bagi Pak Iqbal.

Udin mengucapkan terima kasih kepada Bu Iqbal saat menerima kotak kue yang diberikan kepadanya. Dia merasa hangat dengan gestur kebaikan itu, terutama karena kue tersebut ditujukan untuk anak-anak di rumahnya. Udin menyadari bahwa kebaikan hati Bu Iqbal tidak hanya terbatas pada keluarganya sendiri, tetapi juga meluas kepada orang lain di sekitarnya.

"Dengan senang hati, Bu Iqbal. Terima kasih banyak," ucap Udin dengan tulus, sambil memegang kotak kue dengan penuh perhatian.

Setelah berpamitan dengan hangat, Udin meninggalkan ruangan dan mulai menuruni tangga menuju lantai 1. Udin merasa sedikit sedih meninggalkan suasana kebersamaan di ruangan tersebut, tetapi dia juga merasa berterima kasih atas kesempatan untuk berbagi momen yang berarti dengan keluarga Pak Iqbal.

Setelah keluar dari gedung Alamanda, Udin melangkah menuju parkir dengan langkah mantap. Dia merasa terharu dengan pemberian kotak kue tersebut, dan dia berencana untuk memberikannya kepada anak-anaknya dengan penuh kebahagiaan.

Saat melangkah ke arah motornya, Udin merasa dipenuhi dengan rasa syukur atas kesempatan untuk bertemu dan berbagi dengan keluarga Pak Iqbal. Dia mengambil kendalinya, memasang helm, dan memulai perjalanannya pulang dengan hati yang penuh dengan kenangan hangat dari kunjungannya ke RSU Abdul Muluk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun