Yoganidra ( 6 )
Cerita  sebelumnya :
"Tujuannya hanya satu segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan sosial psikologis (psychological needs), status, jabatan, pangkat hak khusus, serta kehebatan dan kekuasaan. Dalam tingkat ini, seseorang dikendalikan oleh nafsu dan naluri untuk berkuasa. Dia akan merasa menderita kalau lepas dari kekuasaan atau tidak dapat berkuasa lagi. (Bersambung )
"Bentuk yang ketiga yang sering tidak lepas dari kecenderungan manusia adalah libido adorandi suatu sifat nafsu dan naluri untuk menjadi pusat perhatian serta kecenderungan yang kuat untuk berkembang menjadi pemujaan diri.
 "Orang ini sangat egois ingin selalu memuliakan diri. Segala bentuk tutur kata, buah pikiran, tindakan, maksud dan tujuannya adalah tertuju para permuliaan egonya. Biasanya dalam kaitannya dengan segi spiritual. Keinginan material dan segi social sudah terpuaskan maka dia mengejar hal-hal yang men Tuhan-kan diri sendiri.
"Libido adorandi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan spiritual-moral (spiritual needs) dalam perkara ini dia rindu untuk dihargai, dihormati, dipuja. Orang ini dikendalikan oleh nafsu dan naluri untuk disembah, untuk mencari pujian.
"Hidup kita ini mestinya seperti liman atau gajah, yang tunduk, patuh, taat pada rajanya. Sang Raja Alam Semesta itu Sang Hyang Widhi. Liman sebagai kendaraan sang raja, maka manusia mesti berlaku ke mana tuannya menghendaki. Liman piaraan selalu disayangi sang Raja.
 Coba renungkan, putriku. Kehidupan liman sudah tercukupi oleh tuannya, diatur, tidak kekuarangan suatu apa pun karena tuannya telah menyediakan segala sesuatu untuknya. Sesuai kebutuhan yang kodrati maupun adikodrati. Itulah ilmu yang romo pelajari dari bimbingan Maha Mpu Barada, ketika Romo menjalani laku tapa selama dihutan".
 "Si gajah untuk menjadi kendaraan sang raja tidaklah mudah, sebab dia harus peka akan aba-aba, menuruti perintah pelatih atau gurunya. Si liman harus mengalami banyak ujian, latihan, laku tapa dalam hidup agar dia benar-berat kuat dan pantas sebagai tunggangan raja. Untuk mematuhi, peka pada petunjuk sang raja juga tidak mudah, karena dia harus konsentrasi dan mengesampingkan kehendak atau keinginannya sendiri".
"Si gajah harus terbiasa, akhirnya pandai menangkap petunjuk dan perintah tuannya. Jika dia terkacaukan dengan perhatian dan kehendaknya sendiri secara kodrat maka segala petunjuk atau perintah dari tuannya sangatlah sulit baginya.