Mohon tunggu...
Dwi Septiyana
Dwi Septiyana Mohon Tunggu... Guru - Pegiat literasi dan penikmat langit malam

Pegiat literasi dan penikmat langit malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saint Lucia

19 Maret 2016   12:25 Diperbarui: 31 Oktober 2021   23:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Enggak Ummi.”

“Dari wajah bapak, Ummi tahu ada sesuatu yang membuat hati bapak gelisah.”

“Yah, mungkin ini peringatan Allah Ta’ala bagi bapak. Atau azab. Entahlah.”

“Bapak masih ingat kejadian di masjid itu?”

“Iya. Dan kejadian itu membuat pikiran bapak kembali ke masa lalu. Seakan sebuah film yang diputar ulang. Dan semuanya ditampakkan di depan bapak dengan sangat jelas. Semua, Ummi. Semua kesalahan dan keserakahan yang bapak perbuat.”

“Ummi yakin, bapak sedang khilaf waktu itu.”

“Hmm..”

“Sudahlah pak, sebaiknya bapak istirahat di kamar. Allah Maha Pengampun, sebesar apa pun dosa hamba-Nya.”

***

Seperti pagi yang biasa, ketika hari libur, Ustad Nurhadi akan menuju ke masjid. Dalam balutan baju takwa dan sorban putih yang telah menjadi identitasnya selama ini, dia akan beribadah sholat Dhuha dan tadarus. Suaranya sangat merdu, sehingga setiap waktu dhuha tadarusnya yang diteruskan melalui speaker masjid akan terdengar di seluruh kompleks tempat tinggalnya.

Sesampai di masjid, setelah mengambil air wudhu, dia langsung menuju shaf paling depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun