"Cukup, tidak usah menceramahi."
"Hanya demi nilai, hanya agar mereka lulus, lalu bisa merusak nilai kejujuran yang bapak yakini?" mendengar perkataan itu, merah padam wajah orang yang menjadi lawan bicaranya.
"Pak Frans, Anda...."
"Saya tahu ajaran agama Anda Pak Nurhadi, bahwa orang yang hari ini lebih buruk dibanding kemarin adalah orang yang celaka. Lalu orang yang bagaimana yang menjadikan anak didiknya menjadi lebih buruk, dengan membiarkannya berbuat curang, dibanding kemarin?"
"Cukup!"
Orang berkopiah putih yang terpojok itu memukul kepalan tangan ke atas meja sekerasnya. Suara hentakan meja membuat semua orang diam, terpana tidak percaya apa yang mereka saksikan. Dua orang terhormat sebagai guru saling berdebat dengan nada amarah dan suara tinggi. Pak Nurhadi, yang mereka kenal dengan ustad dan pimpinan sekolah islam terpadu Assajadah, ternyata telah ditelanjangi oleh seorang guru muda yang berbeda keyakinannya. Dalam hati nuraninya mereka membenarkan apa-apa yang dikatakan oleh orang yang bernama Frans itu.
Namun semua tampaknya sudah ditulikan dan dibisukan, sehingga semua serempak untuk mengikuti sistem yang dibuat serapi mungkin agar semua anak didiknya ketika ujian akhir mendapat kelulusan seratus persen.
***
"Paak..!"
"Eh, Ummi."
"Ada apa Pak, koq melamun? Dari tadi Ummi panggil."