Mohon tunggu...
Dwi Septiyana
Dwi Septiyana Mohon Tunggu... Guru - Pegiat literasi dan penikmat langit malam

Pegiat literasi dan penikmat langit malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saint Lucia

19 Maret 2016   12:25 Diperbarui: 31 Oktober 2021   23:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian disusul rasa sakit. Semula ujung kepala, pusing yang sangat. Lalu menjalar ke mata dan hidungnya. Lalu mulut, leher, dada, terus menjalar ke jantung, paru-paru, ginjal, kemaluan, tulang paha, seluruh tulang kering dan telapak kaki. Seakan-akan semua bagian tubuh yang dialiri darahnya terus menerus didera sakit luar biasa. Mungkin karena darahnya telah bercampur dengan makanan dan minuman haram. Atau mungkin karena pikiran kotornya yang menjadi sumber rasa sakit itu.

Ucapan istighfar dan takbir yang biasa ia lantunkan melalui speaker masjid, saat itu tak bisa keluar dari mulutnya. Entah kenapa. Hanya suara erangan seakan lehernya tercekik oleh tangan yang sangat kuat.

Semakin dia berusaha keras untuk mengucap istighfar semakin sakit lehernya, karena cengkeraman yang dirasakannya semakin kuat. Bukan suara istighfar yang keluar, namun suara gema yang sangat dahsyat terdengar dari kejauhan langit yang pekat. Suara itu semakin lama semakin keras, memenuhi seluruh ruangan masjid, bahkan meliputi seluruh langit:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” ***)

 

 

 

 

*) dalam budaya Sunda wanci murag ciibun adalah waktu antara pkl 06 - 07 pagi

**) Shaf = dalam agama Islam, ketika sholat, menunjukkan baris

***) Al Qur’an Al Karîm, surah Al Ahzab ayat 72

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun