Mohon tunggu...
Shaleh Jenius
Shaleh Jenius Mohon Tunggu... Mahasiswa - hidup sekali

jangan menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bunyi dan Makna pada Essai dalam Puisi "Inspirasi tanpa Api" Karya Tri Budhi Sastrio

3 Agustus 2022   18:34 Diperbarui: 3 Agustus 2022   18:49 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nusantara, Indonesia adalah negara samudra raya

Dan di sana, anggun bertahta ribuan pulau istimewa,

Bertebaran elegan, ditatah hijau rangkaian permata,

Diikat pita nan indah membentang lintas khatulistiwa.

Samudera kolam hamparan tirta di batas cakrawala,

Walau karena garam, lalu tidak jadi pemuas dahaga.

Data kutipan puisi di atas menunjukkan adanya efoni karena menggambarkan bunyi damai dan sejahtera. Nusantra yang kaya dengan tahta pulau dan kekayaan yang melimpah menjadi hal yang mampu mengantarkan nergeri ini untuk menjunjung cakrawala. 

Nilai kaindahan dan kekayaan menjadi hal yang jelas menunjukkan efoni di dalamnya.

 

Bunyi dalam Puisi “Merdeka (Ber)Korupsi”

Puisi “Air Mengalir dari Istana Negara” terletak pada halaman 195  pada buku kumpulan essai dalam puisi karya Tri Budhi Sastio dan bisa dikatakan merupakan puisi yang ada di akhir dalam rangkaian puisi yang ada dalam buku tersebut. Analisis bunyi pada puisi dilakukan pada 3 unsur yaitu irama, kakafoni, dan efoni. Adapun hasil telaah dari ketiganya adalah sebagai berikut:

  • Irama 
  • Irama merupakan keras lembut ucapan bunyi serta pergantian tinggi rendah dan panjang pendek yang disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan variatif. Dalam kajian tersebut apabila ada peluang kata dalam sajak maka dapat dipastikan bahwa data tersebut termasuk irama. Kajian irama dapat dianalisis melalui data berikut :
  • Korupsi memang sudah ada sejak dahulu sampai sekarang.
  • Yang mengatakan dan percaya ini bukan orang sembarang.
  • Ia tokoh terkenal yang telah mengarungi ombak dan karang
  • Menjelajah pantai, mengarungi lautan, giat menang perang,
  • Mendaki gunung, menuruni lembah dan ngarai yang garang,
  • Pokoknya semua tantangan dari batu karang sampai perang,
  • Telah ditaklukkan tak hanya bermodalkan pedang dan parang,
  • Tapi juga dengan semangat berkobar, bak tabuh genderang.
  • Jadi pendapat boleh dikutip dengan aman dan dalam terang,
  • Karena berasal dari orang yang telah terbukti sering menang.
  • Kutipan puisi “Air Mengalir dari Istana Negara” di atas menunjukkan adanya irama dengan peluang kata yang berturut-turut. Pada setiap baris memiliki akhiran ‘ng’ yang menunjukkan adanya irama. Hal ini menjadi nilai unik tersendiri yang mengangkat puisi ini yaitu meskipun puisi berbentuk narasi dengan gaya modern, namun dalam penyajiannya tetap menggunakan sajak dan berirama. Pada data di atas kata sekarang, sembarang, karang, perang, garang, parang, gendering, terang dan menang pada setiap bait merupakan unsur irama.
  • Kakafoni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun