Puisi “Inspirasi Tanpa Api” terletak pada halaman 13 pada buku kumpulan essai dalam puisi karya Tri Budhi Sastrio dan merupakan puisi pertama dalam rangkaian puisi yang ada dalam buku tersebut. Melihat dari judul puisi yang kemudian diangkat menjadi judul buku maka dapat dikatakan bahwa puisi ini menjadi intisari ataupun landasan tersusunnya kumpulan essai dalam puisi ini.
Bahkan dapat dikatakan hal dasar yang ada dalam karya sastra ini termaktub pada puisi bertajuk “Inspirasi Tanpa Api”.
Kajian aspek makna dalam puisi peneliti berfokus pada maksud dan arti yang hendak disampaikan oleh pengarang melalu puisinya. Teori pengkajian makna mengarah pada dua fokus yaitu makna denotatif (makna sebenarnya) dan makna konotatif (makna lain). Adapun makna pada essai dalam puisi “Inspirasi Tanpa Api” melalui kajian makna konotatif dan denotatif yaitu:
Negeri ini (dalam hal ini Indonesia) sangat kaya raya. Tanahnya subuh, sumberdaya alamnya melimah dan alamnya indah, sungguh anugerah tuhan yang maha kuasa yang telah dengan kekuasaanya mencipta negeri Indonesia demikain rupa.
Selain kaya akan alam atau sumberdaya alamnya, Indonesia kaya akan pahlawan dimana mereka telah sukses membebaskan bangsa ini dari penjajah dan menjamin kesejahteraan sebagaimana kita rasakan saat ini; baik itu pahlawan nasional yang telah terkenal dan diagungkan dalam buku sejarah ataupun pahlawan daerah yang seyogyanya diingat dan dikenang pula.
Namun memaknai pahlawan dan menghormati pahlawan tidak melulu persoalan memperingati hari jadi pahlawan namun juga meneruskan segala perjuangan yang telah dilakukan oleh para pejuang. Termasuk dalam hal sastra sebagaimana sang pujangga yang penuh dengan sastra juga.
Walau sastranya tidak bukanlah hal yang mengantarkan kemerdekaan dalam bentuk raga namun ha tersebut menusuk dalam jiwa sebagaimana kisahnya dengan kekasih belanda walau akhinya berlabuh pada gadis jawa. Namun perjuangannya tidak pupus akan cinta pada gadis pransi-belanda.
Makna dalam Puisi “Air Mengalir dari Istana Negara”
Puisi “Air Mengalir dari Istana Negara” terletak pada halaman 135 pada buku kumpulan essai dalam puisi karya Tri Budhi Sastrio dan bisa dikatakan merupakan puisi yang ada di tengah dalam rangkaian puisi yang ada dalam buku tersebut.
Kajian aspek makna dalam puisi peneliti berfokus pada maksud dan arti yang hendak disampaikan oleh pengarang melalu puisinya. Teori pengkajian makna mengarah pada dua fokus yaitu makna denotatif (makna sebenarnya) dan makna konotatif (makna lain). Adapun makna pada essai dalam puisi “Air Mengalir dari Istana Negara” melalui kajian makna konotatif dan denotatif yaitu :
Samudra menyediakan semua kebutuhan manusia dengan begitu indahnya dan entah bagaimana kita harus menyebutnya. Indonesia kaya Indonesia jaya dikancah rempah khatulistiwa dalam peradaban dunia.