Namun pada 11 Oktober 1911, terjadi Pemberontakan Wuchang yang dipimpin dan dimenangkan oleh Sun Yat-Sen yang berhaluan nasionalis bersama partai bentukannya Kuomintang.
Berkat jasanya tersebut dalam menggulingkan Kaisar Xuantong, Republik China resmi berdiri pada 12 Maret 1912 dengan Sun Yat-Sen menjadi kepala pemerintahan sementara.
Sun Yat-Sen tidak lama dalam menjadi kepala pemerintahan, karena setelah itu posisinya digantikan oleh Yuan Shih Kai.
Namun pada 1617, Sun Yat-Sen yang sebelumnya diusir oleh Yuan Shih Kai, kembali ke China setelah wafatnya Yuan Shih Kai pada 1616.
Kondisi Republik China mengalami ketidakstabilan karena adanya pemberontakan yang terjadi, meski begitu Sun Yat-Sen berhasil menumpasnya.
Masalah serius muncul setelah Chiang Kai Sek yang menggantikan Sun Yat-Sen sebagai pemimpin Partai Kuomintang tidak ingin melanjutkan kerja sama antara Partai Komunis China dengan Partai Kuomintang.
Bahkan Chiang Kai Sek mengatakan bahwa Partai Komunis China adalah partai yang terlarang. Karena pernyataannya tersebut, membuat PKC semakin mendapatkan simpati dari rakyat dan menjadi partai yang besar.
Puncak konflik di antara kedua partai tersebut terjadi pada 1949, dan kemenangan berada di pihak Partai Komunis China pimpinan Mao Zedong.
Karena kalah dalam perang saudara, Chiang Kai Sek kemudian melarikan diri ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan di sana.
Sementara itu, berkat kemenangan yang dia dapatkan, Mao Zedong kemudian memproklamasikan negara baru bernama Republik Rakyat China dengan Beijing sebagai ibu kota.
Meski Partai Kuomintang yang nasionalis dan Partai Komunis China yang komunis sempat bersitegang, namun saat Jepang berusaha menduduki China, mereka sepakat untuk berdamai dan bersama-sama mengusir Jepang.