Mohon tunggu...
Reza Muhammad
Reza Muhammad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sosialita Paranoid

18 Juni 2017   11:02 Diperbarui: 18 Juni 2017   13:18 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erlina merasa pusing sehingga tak menyimak lagi siapa berbicara apa. Kupingnya langsung mencuat karena dengan lantang Sofi membaca agenda pembahasan terakhir;  staff gathering.

"Jangan lupa, guys. Staff gathering alias arisan bulanan diadakan Kamis siang. Lusa. Mbak Erlina jadi tuan rumah. Katanya bertempat di penthouse mas Ahmad, yang di Slipi, ya?"

Ini membuat Erlina benar-benar sakit kepala sehingga ia segera meneguk air mineral langsung dari botolnya. Perbuatan Erlina disaksikan seluruh staf sebagai suatu aksi yang lebih mengejutkan dibandingkan aksi panggung Miley Cyrus. Baru kali ini mereka melihat panutan etika itu tidak menyesap air minum melalui gelas. Erlina melayangkan pandangan kosong ke layar proyektor sementara air mineral terus menyusuri kerongkongan dengan bebunyian yang menyerupai gelembung udara pada dispenser. Ia menghabiskan air dari botol kecil itu tanpa jeda.

"Semua akan baik-baik, saja," desis Erlina setelah menghempaskan botol ke meja dan  mengarahkan senyuman lebar khasnya kepada semua yang hadir disana. Senyuman artifisial  wanita tangguh yang sedang menghadapi situasi sulit.

Anak-anak buahnya bereaksi dengan bertepuk tangan gembira sambil mengernyitkan dahi. Senang karena senyum Erlina dianggap menyetujui usulan mereka. Bingung karena ujaran pimpinannya terdengar seperti doa.

*****************************

Hari yang sama. Selasa. 16:45.

Erlina gelisah di meja kerjanya. Sudah empat belas kali ia menelepon selular Ahmad. Semuanya disambut mailbox. Sekretarisnya juga sudah tujuh kali menjawab telepon Erlina dan menegasikan keberadaan Ahmad di kantor. Erlina jadi paranoid. Jangan-jangan si sekretaris diminta untuk menolak teleponnya.

"Begini saja, Bu. Ibu tinggalkan pesan, nanti pasti saya sampaikan pada beliau," ucap sekretaris itu dengan santun. Ia selalu mengakhirinya dengan bertanya kenapa Erlina tak menelepon ke selular Ahmad. Ia tak tahu betapa senewen Erlina mengetuk-ngetukkan hak sepatu J'adior-nya menanggapi keluguan itu.

Perempuan yang akan ditampilkan dalam rubrik sosialita tersebut ketakutan statusnya yang dicampakkan akan segera menyebar. Dinding-dinding gedung Feminin Group bisa saja berkuping. Mungkinkah kamera cctv saat ini juga bisa merekam pembicaraannya di telepon saat di kafetaria tadi siang dan menangkap pekikan tertahan; "Kamu putusin aku?"

Wajah Erlina hampir kisut seperti rok tulle yang terhimpit di keranjang cucian kalau saja ia tak mendengar telepon genggamnya berbunyi. Telepon dari Ahmad!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun