Mohon tunggu...
Reza Muhammad
Reza Muhammad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sosialita Paranoid

18 Juni 2017   11:02 Diperbarui: 18 Juni 2017   13:18 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ingin memberi kebohongan yang menyulitkannya nanti, Erlina berpikir cepat mencari cara mengalihkan perhatian sang bawahan. Ia pun  sengaja menyandungkan sepatu J'Adior-nya pada kabel proyektor Sofi dan mengaduh dibuat-buat. Redaktur mode yang bertubuh kurus kering itu pun bergegas bangun dari bawah meja dengan wajah panik. Sibuk mengkhawatirkan mentornya, ia jadi lupa akan pertanyaan yang dilontarkan barusan.

Selang beberapa menit kemudian, rapat redaksi majalah SOSIALITA dimulai. Kegiatan mendiskusikan tema, artikel, tendensi mode, memilih model, dan memilih restoran rekomendasi berlangsung santai bagai obrolan ringan. Sebelum merundingkan rubrik sosialita, Erlina sudah lupa akan tragedi pemutusan hubungan kekasih melalui telepon di kafetaria tadi. Suatu cara PHK yang sangat tak pantas untuk dilakukan seorang gentleman. Melalui telepon!

"Oke, untuk sosialita, siapa yang akan kita muat?" tanya Erlina sambil membuka penutup botol mineral, siap menuangkan isinya ke dalam gelas kaca yang meniru disain Baccarat.

Anggota redaksi yang mayoritas kelahiran awal tahun 90-an itu tersenyum semua. Saling pandang dan melempar senyum satu sama lain.

"Kok diam? Senyam-senyum, lagi," ujar Erlina ketus. Dia paling tidak suka jika anak-anak buahnya  bercanda di saat mereka harus serius. Apalagi jika mereka belum mempersiapkan materi untuk dibahas dalam rapat.

Sofi dengan cekatan mengganti tampilan slide proyektor dengan sebuah foto yang diambil dari acara gala dinner Feminin Group. Terpampang Erlina yang sedang memamerkan gigi putih hasil veneer dengan sorot mata yang menyerukan bahwa dia sedang menikmati fase hidupnya sebagai wanita karir yang sukses dan bahagia. Dalam foto yang sama,  Ahmad berdiri di sebelahnya bagaikan aksesori. Pria berperawakan timur tengah itu memeluk tubuh sang sosialita yang terbalut gaun batik berdetil eyelet nan gaya.

Erlina terbelalak. Ia tertawa kering padahal khawatir. Kini ia berharap semua staf kesayangannya memang  sedang bercanda.

"Mbak Erlina dan Mas Ahmad paling pas dengan tema edisi kali ini. Batik," cetus Sofi yang diikuti anggukan persetujuan beberapa anggota redaksi lainnya.

Mentang-mentang Ahmad pengusaha ritel dengan divisi bisnis batik dan Erlina sendiri pencinta batik, maka mereka dipilih?

Bagai Malin Kundang yang dikutuk sang bunda, Erlina membatu cukup lama. Ia berusaha mengatasi kemelut dalam pikirannya hingga seorang pria redaktur yang selalu mengingatkannya pada Harry Potter memecah lamunan itu melalui suaranya yang berat. "Bu Erlina kan pendiri Yayasan Cinta Batik. Aktif juga menggalang pendanaan pelestarian batik, kan? Sedang Pak Ahmad penerus salah satu brand batik yang sudah punya nama. Pacaran pula, kan? Pas banget, deh! Iya, kan?"

"Pemotretannya besok yah, sis. Rabu, jam tujuh pagi di Rose Garden di Hotel Two Seasons. Jangan telat. Sorry jadwal dimajukan dan mendadak karena minggu hingga bulan depan lokasinya tidak bisa dipakai untuk foto. Asisten Ahmad sudah ijk konfirmasi," sahut seorang fotografer yang berotot namun mendayu-dayu dari ujung meja persis di dekat layar proyektor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun