"Tapi apa paman?" Hana memotong pembicaraan.
"Aku tidak yakin kau bisa melewatinya. Siapapun yang masuk ke dalam portal itu akan terombang-ambing oleh mesin waktu dan dapat membuatnya tersesat. Kalau kau tidak bisa berhasil melewatinya, kau tidak akan bisa pulang untuk selama-lamanya."
Dalam hati Hana mulai tumbuh benih-benih keraguan untuk memasuki portal itu.
"Bagaimana, apakah kau bersedia?" Laki-laki itu bertanya kedua kalinya.
"I-iya paman, aku siap."Hana berusaha meyakinkan dirinya untuk masuk ke dalam portal waktu.
"Kalau begitu, mari ikut aku! Akan kutunjukkan terpat portal itu berada."
Mereka pun menuju ke tempat portal itu, melewati bangunan megah berwarna putih salju, dengan hiasan batu permata kecil di sekelilingnya.
"Paman, gedung ini milik paman?" Tanya Hana.
"Bukan, aku hanyalah penjaga di sini." Jawabnya.
Laki-laki itu berhenti tepat di pinggir pusaran lubang hitam yang agak besar, kira-kira cukup untuk dimasuki dua orang dewasa.
"Kita sudah sampai. Ada pertanyaan terakhir, sebelum kita berpisah?"