Mohon tunggu...
Moch Yunus Ali
Moch Yunus Ali Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Santri

Imam al-Gazali pernah berkata, "Jika kau bukan anak seorang raja atau ulama besar, maka menulislah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Dimensi

8 Maret 2024   19:20 Diperbarui: 22 Maret 2024   14:49 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hana membuka matanya. Hembusan angin yang sejuk membuatnya terbangun. Tubuh kecilnya masih terbaring di atas hamparan rumput nan hijau. Namun, ia tampak kebingungan. Tempat itu sangat asing di matanya.

Hana bangun dan melemparkan pandangannya ke penjuru arah. Namun, yang ia tangkap hanyalah hamparan taman yang luas dihiasi dengan jutaan bunga berwarna-warni.

Tak lama dari renungnanya, Hana melihat sosok pria berjubah putih dengan hoodie yang menutupi kepala dan separuh wajahnya. Tinggi pria itu kurang lebih dua meter. Ia mirip orang Spanyol, berkulit putih kemerah-merahan dengan kumis yang agak tebal. Hana tampak cemas saat melihat laki-laki berjubah itu melangkah menuju ke arahnya.

“Akhirnya aku menemukanmu. Berjam-jam aku mengelilingi taman yang luas ini untuk mencarimu.” Laki-laki itu menyapa Hana, seolah-olah mereka sudah kenal lama. Hana yang masih lugu, memasang rasa takut pada laki-laki asing itu. Ia hanya terdiam seribu bahasa memandanginya.

“Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu.” Laki-laki itu berusaha meyakinkan Hana, kalau dia bukan orang jahat.

“K-kamu siapa?” Tanya Hana gugup.

“Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang terpenting, sekarang kau harus ikut denganku.” Laki-laki itu menyodorkan tangannya kepada Hana, dengan melemparkan senyuman tipis di wajahnya. Dengan perasaan takut, Hana menyulurkan tangan mungilnya kepada laki-laki itu dan mengikuti arah langkah laki-laki itu berjalan.

Sepoyan angin sejuk membuat rambut Hana yang berombak berkibar. Perlahan, ketakutan Hana pudar. Keelokan ragam mawar yang ada di sekitarnya telah menyihir suasana hati gadis kecil itu menjadi ceria.

“Paman.”

Laki-laki berjubah itu menghentikan langkah kakinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun