Semua penduduk mengungsi. Di pengungsian itulah, Zaki bertemu kembali dengan Rodan.
Kejadiannya justru berkebalikan. Karena pada saat ini, justru Zaki yang tertangkap oleh Rodan pada saat hendak mencuri supermi.
“Ada apa?” tanya Rodan kepada Zaki yang berdiri terpaku. Ada lima bungkus indomi yang tercecer di antara kakinya. Zaki memang kaget saat sedang mengambil indomi di tenda umum. Sehingga lima indomi yang sudah sempat terambil langsung terlepas dari tangannya dan terserak begitu saja di antara kakinya.
“Ehm, ehm...,” Zaki tak bisa bicara.
“Sini kamu!” kata Roda.
Kaki Zaki tak bisa digerakkan. Zaki ingat betul. Belum ada sebulan. Wajah itulah yanh telah dibentak dan dihajarnya. Waktu itu, Zakilah yang berkuasa. Zaki bisa membentak dan memukul. Tanpa takut dibalas. Sekarang berbalik. Zaki yang tertangkap basah sedang mencuri. Dan Zaki tak bisa berkata apa-apa karena memang tertangkap basah. Bahkan buktinya masih ada di antara kakinya.
“Sini!” kata Rodan. Tak ada rasa dendam. Suaranya tenang. Tapi Zaki tetap saja belum percaya. Zaki masih terpaku dan tak berani menghampiri Rodan.
“Ada apa?” tanya seseorang kepada Rodan.
“Mati aku,” pikir Zaki. Ada terlintas dalam pikirannya untuk melarikan diri. Tapi segera diurungkan. Karena takut risikonya akan lebih besar. Zaki hanya pasrah. Mungkin ini waktunya menerima balasan atas apa yang telah dilakukan kepada Rodan.
“Tak ada apa-apa,” jawab Rodan.
“Siapa yang berdiri di situ?” tanya orang itu lagi sambil menampakkan wajahnya.