“Sssssssttt!” kata Ramadan sambil menunjuk ke arah uHadg gang.
Ada bayangan di uHadg gang. Mereka segera bersembunyi kembali. Betul. Bayang-bayang itu bayangan seorang pemulung. Orang yang mungkin sedang ditunggunya selama lima malam ini.
“Bagaimana?”
“Tunggu dulu.”
Pemulung itu tak sadar kalau ada lima pasang mata memperhatikannya. Dia terlihat santai. Tak mencurigai sekeliling.
“Ikuti terus!” suruh Zaki.
“Kemana dia?” tanya Faiz.
Berlima terus mengikuti langkah pemulung itu. Dengan sembunyi-sembunyi tentunya. Sudah satu minggu kelima anak muda ini mengintai. Baru pagi ini, mereka melihat pemulung itu. Membuka tong sampah di tiap rumah. Membuka dan menutupnya kembali. Pelan-pelan. Seperti hendak menghilangkan segala kemungkinan bunyi.
“Mungkin bukan dia, Ki,” Faiz mulai ragu.
“Memang kenapa?” tanya Ramadan.
“Menutup tong sampahnya saja selalu berhati-hati. Sepertinya dia tak ingin mengganggu si penghuni rumah,” kata Faiz.