Kalau sudah begini, Sevi baru ingat berdoa. Sevi pun berdoa. Doa Sevi khusuk sekali. Sambil berlinangan air mata. Dan dia juga teringat Oca.
“Kak, kakak!” ada suara memanggil Sevi.
Jelas, jelas sekali kalau itu suara Oca. Tapi di mana dia? Tentu bukan di kamar Sevi. Karena pintu kamar Sevi memang sudah dikunci dari tadi.
“Jangan-jangan tuh anak sudah ditangkap sama perampok!” pikir Sevi.
“Kak, kakak!” panggil Oca kembali.
Sevi mencoba memasang telinganya baik-baik. Ternyata suara itu terdengar dari arah pintu. Wah berarti betul, dia sudah ditangkap sama perampok. Pasti dia sedang menangis. Pasti dia sedang ketakutan. Kasihan sekali dia. Tapi, apa yang bisa dilakukan Sevi?
“Hah...!” Sevi mendesah. Mencoba memeras otaknya. Mencari cara menyelematkan adiknya.
“Kakak, buka pintunya!” pinta Oca.
“Perampoknya ada berapa?” bisik Sevi.
“Apa?” tanya Oca.
“Perampok,” ulang Sevi.