"Permisi, kalau toilet sebelah mana ya?" Tanyanya mencegat si pelayan.Â
"Lurus saja. Nanti juga ketemu." Jawab si pelayan.Â
"Lurus? Baiklah. Terima kasih."
"Kembali."
Teman Bunga pun berjalan lurus, berharap toilet diketemukan. Akhirnya tak lama kemudian, dia pun dipertemukan dengan toilet.Â
Ketika Teman Bunga memasuki toilet, dia melihat seseorang yang sedang bercermin, memakai jas, kemeja halus beserta dasinya, celana yang terlihat licin, serta sepatu pantofel yang mengkilat. Sayangnya teman Bunga tidak melihat kotak uang yang disediakan oleh toilet, seperti toilet-toilet di terminal, padahal dia sudah menyiapkan uang dari Bunga di tangannya, siap untuk dimasukkannya ke dalam kotak uang. Terpaksa dia memasukkan kembali uang itu ke saku celananya, dan ber-segera memasuki salah satu kamar dari toilet itu.Â
Tak lama teman Bunga keluar dari kamar toilet. Terlihat olehnya orang yang berpakaian serba rapi itu belum keluar dari toilet. Orang itu berdiri, menyejajarkan tubuhnya dengan teman Bunga. Matanya menatapi teman Bunga dengan sangat tajam. Teman Bunga menjadi kaku. Ketakutan menyelimutinya. Tiba-tiba orang berpakaian rapi itu berusaha mengambil sesuatu dari saku bagian dalam jas-nya. Ketakutan teman Bunga semakin menjadi-jadi setelah melihat orang berpakaian rapi itu mengeluarkan sebuah pistol.Â
***
Tiba-tiba Bunga yang sedang menunggu orang yang tak dikenalinya itu, mendengar sebuah tembakan. Para pengunjung cafe pun mendengarnya, menjerit, berlarian ke sana- ke mari. Para pelayan pun sama. Para satpam memasuki cafe, sibuk memecahkan masalah. Bunga sangat gelisah, karena dia telah mendapati kabar bahwa suara tembakan itu berasal dari toilet.Â
Bunga segera berlarian menuju toilet, mencari tahu kabar temannya itu. Namun satpam menghalangi jalan Bunga. "Keadaan sangat berbahaya." Begitu kata satpam kepada Bunga.Â
"Apa yang terjadi?" Tanya Bunga penasaran.Â