Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Makin Tua Makin Bahagia Makin Sehat dan Makin Waras

17 Januari 2022   19:49 Diperbarui: 9 Oktober 2022   22:08 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk skala negara atau pemerintahan tentu saja kita juga butuh otak masyarakat yang berfungsi dengan baik agar misalnya menjadi lebih produktif, lebih cenderung pada pencarian solusi, bukan agresi atau anarki, juga kebencian. Masyarakat juga menjadi lebih sehat dan tidak membebani anggaran negara yang terlihat dari angka anggaran untuk BPJS yang bisa membengkak.

Di dunia politik tentu saja kita butuh otak-otak yang berfungsi dengan baik untuk penyegaran dunia politik yang sering disebut kotor atau buram. Selama ini kita tahu dunia politik terasa hanya membuat masyarakat kita menjadi tidak produktif atau bahkan mudah disesatkan oleh banyak pihak yang menjadi kelompok elite.

Untuk membesarkan partai politik sering politisi melakukan cara yang buruk, yaitu menunggangi isu sensitif yang membahayakan masyarakat. Itu terlihat jelas saat pemilu, pilkada atau pilpres yang sering menunggangi isu agama. Pilkada Jakarta yang lalu adalah contohnya.

Jadi bagaimana mengaplikasikan apa yang sudah ditemukan sains yang berkaitan dengan fungsi otak itu di dunia politik?

Pertama sekali adalah sains ini harus populer dulu di masyarakat. Sejak tahun 2015, saya kira hanya saya sendiri yang terus mempromosikan sains ini. Tak ada sponsor, tak ada partner, tak ada media yang menganggap topik ini topik yang penting. Tapi tak apa, ini memang citizen science yang sekarang baru mulai berkembang.

Lebih dari 500 artikel, lebih dari 100 video, 3 ebooks, dan setiap minggu menyelenggarakan diskusi online sejak Juli 2021. Tentu saja saya berharap ada juga yang meniru atau mengikuti jejak saya mempromosikan sains itu. Tapi saya belum menemukannya. Mereka yang "punya uang", lebih senang mengerjakan yang lain, misalnya yang lebih menghasilkan benefit untuk dirinya sendiri. Mereka yang "punya uang", lebih senang membangun citranya agar lebih agung (seolah) dengan berbagai kegiatan marketing atau PR yang mahal. Mereka lebih senang menghamburkan uangnya untuk "membeli" berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri.

Kedua, terapkan sains ini pada dunia politik, karena mereka lah yang menentukan ke mana negeri ini akan bergerak. Harari, filsuf terkenal, sudah mengingatkan orang di seluruh dunia, bahwa politik "hanya" membuat banyak orang tersesat. Jadi hati-hatilah. Di Indonesia apa yang diperingatkan oleh Harari itu terlihat jelas melalui penunggangan agama yang dilakukan oleh banyak sekali politisi, bahkan politisi dari partai sekuler/nasionalis. Kita juga melihat: terlalu banyak politisi jalanan yang menggunakan jubah agamawan, padahal sebenarnya mereka itu agen bayaran dari para politisi yang kerjanya duduk-duduk di gedung dewan.

Bukan hanya politisi yang menyesatkan kita dari apa yang seharusnya menjadi fokus kita, tetapi tokoh-tokoh masyarakat, pengusaha, orang berduit, intelektual, akademisi, apalagi yang berlabel agama juga melakukan itu. Mereka menyesatkan kita dari isu global atau persoalan global. Kita tahu, disebut persoalan global, karena itu menyangkut "nasib" kita semua di seluruh dunia, bahkan yang berada di pelosok yang terpencil sekalipun. Salah satu contoh kasus di Indonesia adalah penyesatan yang terjadi di Pilkada Jakarta dengan isu bela agama. Padahal itu persoalan mereka yang ada di partai-partai politik, namun mereka "mengajak" masyarakat agar semua membela agama. Padahal yang mengajak membela agama itu bukan agamawan, mereka hanya politisi "gila" yang berjubah agamawan.

Otak yang berfungsi dengan baik tentu diharapkan dapat menghasilkan kewaspadaan pada upaya penyesatan masyarakat yang dilakukan siapapun. Kita harus terus waspada untuk tidak melenceng dari persoalan global, jika tidak maka kita akan menjadi ummat yang disebut useless class oleh banyak pemikir dunia.

Beberapa Survey Kebahagiaan

Belum lama ini ada survey yang dilakukan oleh BPS untuk menentukan provinsi yang penduduknya bahagia di Indonesia. Survey ini menggunakan 3 pengukur, yaitu:

  1. Dimensi Kepuasan secara Personal maupun Sosial
  2. Dimensi Makna Hidup
  3. Dimensi Perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun