"Ayo Jon..."
"Apa?"
"Ini kopinya mas, silakan"
"Eh? I iya, makasih"
"Anda baik-baik saja mas? Sepertinya agak pucat?"
"Eh? I iya, ti tidak, saya baik-baik saja, makasih"
"Baik mas"
Huf! Jon menghembuskan asap rokok kreteknya kuat-kuat hingga orang yang mengenakan kaos bertuliskan "Namaku Yudas" tak terlihat lagi. Namun malangnya, ia justru terbayang-bayang tulisan dan kalimat di kaos orang tersebut,
Namaku Yudas, engkau tahu bahwa aku telah menjualnya sebanyak satu kali. Tidak lebih banyak dari engkau (yang telah berkali-kali menjualnya). Malukah kau? Aku sangsi! Namaku Yudas, oh sungguh perutku mual melihat orang-orang menyebutmu... indah dan berarti!
Damn! Jon mengepalkan tinjunya keras-keras! Sebuah kalimat berita dari whatsapp menyadarkannya, kembali ke alam sadar, duduk sendiri di kedai kopi, menikmati secangkir kopi pahit dan sebatang rokok kretek sambil...
Jon, sori ya Jon, kamu ndak perlu ngurusi biayanya, semua sudah kesepakatan antara peserta dengan panitia, jangan sok pahlawan ya.