Di era modern ini, persepsi terhadap pria dengan kondisi ekonomi mapan atau finansial yang stabil kian berubah.Â
Banyak orang yang merasa bahwa pria mapan semakin sulit ditemukan, terutama bagi mereka yang mencari pasangan yang sudah siap secara finansial.Â
Fenomena ini bukan sekadar mitos atau pandangan sepihak.Â
Ada banyak faktor yang mendasari kenyataan ini, mulai dari meningkatnya standar gaya hidup, ketatnya persaingan di dunia kerja, hingga tekanan ekonomi yang terus melambung.Â
1. Pengaruh Media Sosial pada Standar Gaya Hidup
Media sosial memiliki pengaruh besar dalam membentuk standar hidup generasi saat ini.Â
Berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, penuh dengan konten yang memperlihatkan gaya hidup "sempurna" --- mulai dari tempat tinggal mewah, kendaraan mahal, hingga aktivitas liburan yang berkelas.Â
Eksposur yang terus-menerus terhadap gaya hidup ini menciptakan persepsi baru tentang kebahagiaan dan kesuksesan.
Bagi pria, tekanan ini bisa menjadi beban. Banyak dari mereka merasa perlu untuk memenuhi standar gaya hidup yang dilihatnya di media sosial, terutama ketika ingin membangun citra diri yang baik.Â
Hal ini juga berdampak pada ekspektasi wanita dalam mencari pasangan.Â
Tidak jarang, wanita menginginkan pria dengan kondisi finansial yang sudah matang untuk memberikan keamanan dalam kehidupan bersama.Â
Memang, harapan ini tidak sepenuhnya salah, tetapi ada tantangan yang dihadapi para pria untuk mencapainya.
Lebih jauh lagi, standar gaya hidup yang dibentuk media sosial ini sering kali tidak realistis dan sulit dicapai.Â
Akibatnya, banyak pria yang mengorbankan keuangan mereka hanya untuk "terlihat mapan" di mata masyarakat, padahal di balik itu mereka berjuang keras untuk memenuhi gaya hidup yang sebenarnya belum stabil.
2. Persaingan Kerja yang Semakin Ketat
Dunia kerja saat ini lebih kompetitif dibandingkan beberapa dekade lalu. Banyak pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi tinggi, serta pengalaman dan kemampuan yang semakin spesifik.Â
Sementara itu, kondisi ekonomi global yang tidak stabil turut memperburuk situasi. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin sering terjadi di berbagai sektor, terutama di tengah masa pandemi dan resesi ekonomi yang menghantam banyak negara.
Dengan persaingan yang ketat, pria yang ingin mencapai stabilitas finansial harus bersaing ekstra keras.Â
Tidak semua pria berhasil mencapai posisi yang diinginkan, bahkan sebagian harus berganti karier atau menurunkan ekspektasi mereka.Â
Dalam situasi seperti ini, sulit bagi banyak pria untuk merencanakan masa depan secara finansial, yang pada akhirnya memengaruhi kesiapan mereka untuk menjadi "mapan" dalam kehidupan pribadi maupun berkeluarga.
3. Tekanan Ekonomi yang Kian Berat
Tekanan ekonomi bukanlah hal baru, tetapi belakangan ini situasinya semakin berat.Â
Tingginya inflasi membuat harga kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder meningkat drastis.Â
Jika kita menilik kenaikan harga properti, contohnya, rata-rata properti di kota besar mengalami kenaikan harga sebesar 12-15% per tahun.Â
Kenaikan harga ini menjadikan properti semakin sulit dijangkau, terutama bagi mereka yang berstatus pekerja kelas menengah ke bawah.
Tidak hanya properti, hampir semua kebutuhan hidup mengalami kenaikan harga, seperti makanan, pakaian, dan biaya transportasi.Â
Dampaknya, pria yang berpenghasilan tetap harus merelakan sebagian besar gajinya hanya untuk kebutuhan dasar, sehingga sulit untuk menabung atau berinvestasi.Â
Tekanan ekonomi ini juga membuat banyak pria mengandalkan pinjaman atau kredit untuk memenuhi kebutuhan mereka.Â
Namun, hal ini justru dapat menjadi beban tambahan di kemudian hari karena bunga yang tinggi memperparah kondisi keuangan mereka.
4. Gaya Hidup Konsumtif dan Pengaruh Lingkungan
Gaya hidup konsumtif menjadi salah satu tantangan terbesar bagi banyak orang, termasuk pria.Â
Kebiasaan ini sering kali dipicu oleh lingkungan sosial yang menuntut untuk "selalu tampil".Â
Belum lagi pengaruh media sosial yang memamerkan gaya hidup serba mewah, sehingga menimbulkan keinginan untuk terus mengikuti tren.Â
Tren gadget terbaru, fashion yang up-to-date, hingga kebutuhan untuk bersosialisasi di tempat-tempat mewah membuat pengeluaran pria semakin tinggi.Â
Pada akhirnya, alih-alih menabung atau berinvestasi, banyak pria justru lebih banyak menghabiskan uang untuk kebutuhan konsumtif.
Gaya hidup konsumtif ini tidak hanya membebani finansial, tetapi juga membuat pria sulit menyeimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.Â
Tanpa adanya perencanaan keuangan yang baik, mereka cenderung lebih mudah terjebak dalam siklus "paycheck-to-paycheck" atau hidup dari gaji ke gaji. Kondisi ini membuat mereka sulit menyiapkan dana darurat atau menabung untuk masa depan.
5. Wanita yang Semakin Mandiri secara Finansial
Fenomena wanita yang semakin mandiri finansial menjadi tren positif di era modern ini. Banyak wanita yang memilih untuk berkarier dan meraih prestasi sendiri tanpa bergantung pada pasangan.Â
Mereka menyadari bahwa kondisi ekonomi yang terus berubah menuntut kesiapan finansial pribadi, serta kemampuan untuk mengelola keuangan sendiri.
Di satu sisi, ini mengurangi tekanan bagi pria untuk menjadi satu-satunya pencari nafkah dalam hubungan.Â
Namun, di sisi lain, mandirinya wanita dalam finansial membuat standar hidup yang diinginkan semakin tinggi.Â
Wanita yang sudah memiliki pendapatan dan kestabilan keuangan sendiri cenderung menginginkan pasangan yang juga siap secara finansial.Â
Akibatnya, pria yang masih berjuang mencapai stabilitas keuangan mungkin merasa lebih sulit untuk memenuhi ekspektasi ini.
6. Biaya Pernikahan dan Memiliki Anak yang Semakin Tinggi
Biaya pernikahan bukan lagi hal yang murah. Mulai dari biaya lokasi, katering, dekorasi, hingga kebutuhan lain seperti dokumentasi dan undangan, semuanya memakan biaya yang besar.Â
Tidak heran jika banyak pasangan yang akhirnya menunda pernikahan atau memilih konsep pernikahan sederhana untuk menghemat biaya.
Lebih jauh lagi, biaya hidup dan pendidikan anak juga semakin mahal.Â
Bagi sebagian orang, memiliki anak di era modern berarti harus menyiapkan dana besar untuk pendidikan dan kebutuhan hidup mereka.Â
Hal ini memunculkan fenomena "childfree" atau memilih untuk tidak memiliki anak, serta kecenderungan untuk menunda pernikahan hingga usia matang.Â
Dengan biaya yang tinggi, pria yang belum siap secara finansial merasa tertekan dan merasa bahwa mereka belum mampu memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga.
7. Minimnya Pemahaman tentang Perencanaan Keuangan
Salah satu penyebab utama mengapa pria sulit mencapai kondisi mapan adalah kurangnya pemahaman mengenai perencanaan keuangan.Â
Masih banyak pria yang belum memahami pentingnya manajemen keuangan dan cara mengelola pendapatan dengan baik.Â
Mereka mungkin lebih fokus pada penghasilan yang diterima daripada bagaimana mengelola pengeluaran dan investasi.
Pengelolaan keuangan yang kurang bijak bisa berujung pada pengeluaran yang tidak terkendali, bahkan untuk kebutuhan yang sifatnya sekunder atau tersier.Â
Misalnya, uang lebih banyak dihabiskan untuk hobi, barang mewah, atau gaya hidup dibandingkan untuk menabung dan investasi.Â
Akibatnya, ketika situasi darurat datang, mereka tidak memiliki dana cadangan dan harus bergantung pada utang.
Memiliki penghasilan besar bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kemapanan.Â
Pengelolaan yang bijak dan sikap yang disiplin dalam mengatur keuangan justru adalah kunci utama.Â
Mereka yang mampu mengatur pengeluaran sesuai dengan prioritas akan lebih mudah mencapai stabilitas finansial, bahkan meski pendapatannya tidak terlalu besar.
Kesimpulan
Mencapai kondisi finansial yang mapan di era modern memang menjadi tantangan besar bagi banyak pria.Â
Standar hidup yang tinggi, persaingan kerja yang ketat, tekanan ekonomi, dan gaya hidup konsumtif adalah beberapa faktor utama yang membuat pria sulit mencapai kestabilan finansial.Â
Meski demikian, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kondisi ini, seperti menerapkan perencanaan keuangan, berinvestasi, serta menghindari gaya hidup yang terlalu konsumtif.
Setiap individu memiliki standar hidup yang berbeda-beda, dan bukan berarti kemapanan finansial hanya bisa dicapai oleh mereka yang berpenghasilan tinggi.Â
Pengelolaan keuangan yang bijak, hidup sederhana, serta disiplin dalam menabung adalah kunci utama bagi siapa pun yang ingin mencapai kondisi mapan di tengah situasi ekonomi yang terus berubah.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI