Memiliki rumah di perumahan cluster atau gated community dengan fasilitas eksklusif dan keamanan ekstra kini menjadi tren yang populer, terutama di kalangan masyarakat urban di kota-kota besar.Â
Banyak yang rela mengeluarkan dana lebih untuk tinggal di lingkungan yang menjanjikan kenyamanan dan keamanan dengan akses yang terbatas.Â
Namun, di balik segala kenyamanan tersebut, konsep gated community menyimpan dampak negatif yang cukup serius bagi tata kota, lingkungan, dan dinamika sosial masyarakat di sekitarnya.
Konsep hunian eksklusif ini, yang awalnya dibentuk untuk menjawab kebutuhan akan keamanan, justru berpotensi memperparah segregasi sosial dan ketimpangan ekonomi.Â
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gated community, dan bagaimana fenomena ini bisa menimbulkan dampak sosial dan lingkungan yang merugikan? Mari kita bahas lebih lanjut.
Mengenal Konsep Gated Community
Secara sederhana, gated community adalah bentuk hunian yang mengutamakan privasi dan keamanan.Â
Perumahan tipe ini biasanya berbentuk cluster, dengan akses masuk yang sangat terbatas, bahkan hanya bisa diakses oleh penghuni dan tamu yang telah terdaftar.Â
Selain sistem keamanan yang ketat, kawasan gated community juga menawarkan berbagai fasilitas eksklusif, seperti taman pribadi, pusat olahraga, kolam renang, dan fasilitas lainnya yang umumnya tidak bisa diakses oleh masyarakat umum.
Di Indonesia, konsep gated community mulai populer seiring dengan meningkatnya urbanisasi dan permintaan akan hunian yang menawarkan keamanan tinggi.Â
Fenomena ini didorong oleh kondisi masyarakat yang semakin padat, meningkatnya tingkat kriminalitas, serta keinginan untuk memiliki lingkungan yang dianggap lebih nyaman dan berkelas.Â
Namun, perkembangan pesat gated community ini ternyata menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh terhadap aspek sosial, ekonomi, hingga tata kota.
Dampak Negatif Gated Community Terhadap Tata Kota dan Masyarakat Sekitar
Walaupun gated community menawarkan sejumlah keuntungan bagi penghuninya, dampaknya terhadap masyarakat umum tidak bisa diabaikan.Â
Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari gated community yang perlu menjadi perhatian bersama:
1. Segregasi Sosial dan Ketimpangan Ekonomi
Salah satu masalah terbesar dari gated community adalah segregasi sosial yang semakin nyata.Â
Konsep hunian ini mengakibatkan ruang publik yang seharusnya bisa diakses oleh semua orang menjadi terbatas hanya untuk kalangan tertentu.Â
Dengan adanya batasan akses, tercipta pemisahan antara kelompok masyarakat yang tinggal di dalam kawasan eksklusif dan masyarakat umum yang tidak memiliki akses ke fasilitas tersebut.Â
Ini berpotensi menimbulkan ketimpangan ekonomi, di mana perbedaan fasilitas, tingkat kenyamanan, dan keamanan menjadi lebih mencolok antara kawasan perumahan tertutup dengan area umum di sekitarnya.
Segregasi sosial ini dapat memicu kecemburuan sosial, diskriminasi, dan bahkan konflik antar kelompok.Â
Ketika dua kelompok masyarakat dengan latar belakang ekonomi yang berbeda hidup berdampingan namun dalam situasi yang sangat terpisah, ini menciptakan perasaan ketidakadilan yang berpotensi memecah keharmonisan sosial.
2. Tata Kota yang Tidak Efisien
Gated community juga menyebabkan tata kota menjadi tidak efisien.Â
Sebuah kota yang dirancang dengan baik seharusnya memiliki ruang publik yang mudah diakses oleh semua orang, serta jalan dan trotoar yang menghubungkan berbagai titik penting.Â
Namun, adanya kawasan tertutup seperti gated community mengganggu integrasi kota dan membuat infrastruktur menjadi terpecah-pecah.Â
Karena aksesnya terbatas, masyarakat umum tidak bisa menggunakan jalan di dalam perumahan tersebut, sehingga harus mencari rute lain yang lebih jauh.
Selain itu, desain gated community yang tidak ramah pejalan kaki memaksa orang untuk menggunakan kendaraan pribadi untuk melakukan mobilitas sehari-hari.Â
Akibatnya, perumahan semacam ini berkontribusi terhadap peningkatan polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan konsumsi bahan bakar yang berlebihan.Â
Lingkungan perkotaan pun menjadi kurang berkelanjutan dan tidak mendukung mobilitas masyarakat secara efisien.
3. Menyebabkan Kemacetan di Sekitar Kawasan
Dampak lain dari pembangunan gated community adalah meningkatnya kemacetan lalu lintas di sekitar kawasan tersebut.Â
Kebanyakan gated community dibangun tanpa memperhitungkan kapasitas jalan di sekitar kawasan, yang seringkali tidak memadai untuk menampung volume kendaraan penghuni perumahan.Â
Sebagian besar penghuni perumahan eksklusif menggunakan mobil pribadi untuk beraktivitas, sehingga beban lalu lintas di area sekitar meningkat.
Kemacetan ini diperparah oleh pola desain kawasan yang hanya memiliki sedikit akses keluar-masuk, yang mengakibatkan titik kemacetan di pintu-pintu gerbang perumahan.Â
Terutama pada jam sibuk, keberadaan gated community di tengah kawasan perkotaan justru menjadi salah satu penyebab utama kemacetan yang merugikan masyarakat luas.
4. Menyebabkan Gentrifikasi dan Peminggiran Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Gentrifikasi adalah fenomena yang muncul akibat kenaikan harga properti dan biaya hidup di area tertentu, yang mendorong masyarakat berpenghasilan rendah untuk pindah ke wilayah lain.Â
Gentrifikasi sering kali terjadi di sekitar gated community, di mana pembangunan perumahan mewah atau eksklusif menyebabkan harga properti di sekitarnya melonjak tajam.
Fenomena ini berpotensi menyingkirkan masyarakat asli yang sudah lama tinggal di kawasan tersebut, namun tidak mampu lagi menanggung biaya hidup yang tinggi.Â
Pada akhirnya, kawasan tersebut berubah menjadi area yang hanya bisa diakses oleh masyarakat berpenghasilan tinggi, sementara masyarakat berpenghasilan rendah terpaksa pindah ke wilayah lain yang lebih terjangkau.Â
Fenomena ini tidak hanya menimbulkan ketimpangan sosial, tetapi juga menghapus keanekaragaman sosial-budaya dalam suatu kawasan.
5. Menambah Beban Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar
Selain mendorong terjadinya gentrifikasi, keberadaan gated community juga meningkatkan biaya hidup bagi masyarakat sekitar.Â
Ketika perumahan mewah hadir di suatu kawasan, harga barang dan jasa di sekitarnya juga cenderung naik.Â
Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat berpenghasilan tinggi yang biasanya mengonsumsi produk dan layanan yang lebih mahal.
Dampaknya, masyarakat berpenghasilan rendah yang tinggal di sekitar gated community harus menghadapi kenaikan harga barang dan jasa, yang secara tidak langsung menambah beban ekonomi mereka.Â
Kondisi ini semakin memperlebar kesenjangan ekonomi, karena masyarakat berpenghasilan rendah menjadi semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Mengapa Gated Community Semakin Marak?
Fenomena gated community yang semakin marak di Indonesia tidak terlepas dari peran pemerintah dalam memberikan izin kepada pengembang untuk membangun kawasan elit atau eksklusif.Â
Pada dasarnya, keberadaan gated community memang didorong oleh kebutuhan masyarakat kelas menengah ke atas yang menginginkan hunian yang aman, nyaman, dan terjaga privasinya.Â
Namun, izin yang diberikan oleh pemerintah seringkali tidak disertai dengan perencanaan tata kota yang matang dan mempertimbangkan dampak sosialnya.
Selain itu, faktor keamanan juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang memilih tinggal di gated community.Â
Tingkat kriminalitas yang cukup tinggi di beberapa kota besar membuat masyarakat mencari lingkungan yang lebih aman dengan sistem keamanan yang ketat.Â
Di sisi lain, kebijakan pengembang yang mengutamakan keuntungan sering kali mengabaikan aspek keberlanjutan lingkungan dan dampak sosial dari pembangunan gated community.
Solusi untuk Mengatasi Dampak Negatif Gated Community
Untuk mengurangi dampak negatif dari gated community, diperlukan peran aktif dari pemerintah, pengembang, dan masyarakat.Â
Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan hunian eksklusif dengan tata kota yang inklusif:
Peninjauan Kembali Izin Pembangunan Kawasan Eksklusif
Pemerintah perlu meninjau kembali pemberian izin pembangunan gated community atau perumahan elit.Â
Pembangunan perumahan eksklusif sebaiknya hanya dilakukan di lokasi yang sesuai dengan rencana tata ruang kota dan tidak merugikan masyarakat sekitar.Â
Selain itu, pengembang juga sebaiknya diminta untuk menyediakan ruang publik yang dapat diakses oleh masyarakat umum.
Mendorong Pengembangan Perumahan Inklusif
Pemerintah bisa mendorong pengembang untuk membangun perumahan yang inklusif, yaitu perumahan yang mengakomodasi berbagai lapisan masyarakat dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.Â
Dengan konsep ini, masyarakat dari berbagai kelompok sosial dapat tinggal dalam satu kawasan dan berinteraksi secara harmonis, tanpa adanya pemisahan atau diskriminasi.
Mengurangi Privatisasi Infrastruktur Publik
Infrastruktur publik, seperti jalan, taman, dan fasilitas umum, sebaiknya tetap bisa diakses oleh semua orang dan tidak diprivatisasi.Â
Dengan demikian, mobilitas masyarakat menjadi lebih efisien, dan ruang publik tetap dapat dinikmati oleh semua kalangan tanpa terkecuali.
Pengaturan Harga Properti dan Sewa di Sekitar Kawasan
Untuk mengatasi gentrifikasi, pemerintah dapat mengatur harga properti atau sewa di sekitar kawasan gated community agar tetap terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.Â
Hal ini bisa dilakukan melalui pemberian subsidi atau program bantuan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga mereka tidak terdorong untuk pindah ke wilayah lain.
Meningkatkan Fasilitas dan Keamanan di Ruang Publik
Pemerintah juga perlu meningkatkan keamanan dan fasilitas umum di ruang publik, sehingga masyarakat merasa aman tanpa harus tinggal di kawasan eksklusif.Â
Peningkatan fasilitas ini juga akan mendorong masyarakat untuk lebih sering menggunakan ruang publik dan berinteraksi dengan orang lain dari berbagai lapisan sosial.
Kesimpulan
Gated community memang menawarkan kenyamanan dan keamanan yang lebih bagi penghuninya, namun dampaknya terhadap tata kota dan ketimpangan sosial tidak bisa diabaikan.Â
Fenomena ini menimbulkan masalah segregasi sosial, gentrifikasi, kemacetan, hingga peningkatan biaya hidup bagi masyarakat sekitar.Â
Pemerintah, pengembang, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan tata kota yang inklusif dan berkelanjutan, sehingga keseimbangan antara kebutuhan hunian eksklusif dan kepentingan masyarakat luas dapat terwujud.
Dengan kebijakan tata ruang yang inklusif dan perencanaan yang matang, diharapkan kota-kota di Indonesia dapat berkembang menjadi kota yang ramah lingkungan, efisien, dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H