Kenaikan harga BBM juga menjadi beban tambahan bagi kelas menengah.Â
BBM yang lebih mahal tidak hanya memengaruhi biaya transportasi pribadi, tetapi juga menaikkan biaya produksi dan distribusi berbagai barang dan jasa.Â
Akibatnya, harga barang-barang di pasar mengalami kenaikan, dan kelas menengah harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan sehari-hari.Â
Kenaikan harga BBM ini semakin mempersempit ruang gerak kelas menengah dalam mengelola keuangan mereka.
Dampak pada Konsumsi dan Daya Beli
Penurunan jumlah kelas menengah ini secara langsung memengaruhi pola konsumsi dan daya beli masyarakat.Â
Seperti yang terlihat dari data penjualan mobil di semester pertama tahun 2024, terjadi penurunan hampir 20% dibandingkan dengan semester yang sama di tahun sebelumnya.Â
Penurunan ini mencerminkan semakin menurunnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, yang berdampak pada berbagai sektor industri, termasuk otomotif dan properti.
Selain itu, semakin terbatasnya pendapatan kelas menengah menyebabkan mereka mengurangi pengeluaran untuk barang-barang mewah dan kebutuhan sekunder lainnya.Â
Alih-alih membelanjakan uang mereka untuk barang-barang konsumsi yang lebih mahal, kelas menengah kini lebih fokus pada kebutuhan dasar seperti pangan dan energi.Â
Hal ini menyebabkan penurunan penjualan di sektor-sektor non-esensial, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Tantangan Kebijakan Pemerintah
Penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia menimbulkan tantangan besar bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi.Â