Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ekspektasi vs Realita: Menyibak Ilusi Gaji dan Kriteria Ideal di Media Sosial

4 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 4 Agustus 2024   06:05 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gaji. sumber: freepik

Baru-baru ini, saya menonton konten yang ramai dibicarakan di media sosial. Konten tersebut membahas tentang kriteria gaji ideal yang dianggap atraktif oleh perempuan. 

Biasanya, konten seperti ini sangat ramai dengan berbagai opini. Ada yang bilang bahwa preferensi adalah hal yang wajar, namun ada juga yang menganggap standar tersebut tidak masuk akal.

Namun, saya tidak ingin membahas berapa sebenarnya gaji ideal seorang pria. 

Setiap orang memiliki standarnya masing-masing, apakah suka dengan pria yang bekerja sebagai pengemudi ojek online atau yang menganggur. Itu semua pilihan pribadi dan tidak ada masalah dengan itu. 

Media Sosial dan Ilusi Standar Ideal

Dalam konten ini, saya ingin membahas ilusi yang dibentuk oleh media sosial. 

Banyak orang yang mengikuti standar media sosial seakan-akan itu adalah hal yang baik dan sesuai dengan realita, padahal jika kita teliti lagi, standar tersebut sering kali tidak masuk akal. 

Media sosial membuat kita mudah terkecoh dan menganggap kehidupan masyarakat seperti yang kita lihat di media sosial, padahal kenyataannya berbeda.

Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk pandangan kita tentang realitas. 

Algoritma di balik platform media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok dirancang untuk menunjukkan konten yang sesuai dengan minat dan perilaku kita. 

Akibatnya, kita sering kali terjebak dalam "eco chamber," di mana kita hanya terpapar informasi, ide, atau opini yang kita sukai dan setujui. Hal ini membuat sudut pandang atau informasi lain terabaikan.

Statistik Penggunaan Media Sosial di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun