Baru-baru ini, saya menonton konten yang ramai dibicarakan di media sosial. Konten tersebut membahas tentang kriteria gaji ideal yang dianggap atraktif oleh perempuan.Â
Biasanya, konten seperti ini sangat ramai dengan berbagai opini. Ada yang bilang bahwa preferensi adalah hal yang wajar, namun ada juga yang menganggap standar tersebut tidak masuk akal.
Namun, saya tidak ingin membahas berapa sebenarnya gaji ideal seorang pria.Â
Setiap orang memiliki standarnya masing-masing, apakah suka dengan pria yang bekerja sebagai pengemudi ojek online atau yang menganggur. Itu semua pilihan pribadi dan tidak ada masalah dengan itu.Â
Media Sosial dan Ilusi Standar Ideal
Dalam konten ini, saya ingin membahas ilusi yang dibentuk oleh media sosial.Â
Banyak orang yang mengikuti standar media sosial seakan-akan itu adalah hal yang baik dan sesuai dengan realita, padahal jika kita teliti lagi, standar tersebut sering kali tidak masuk akal.Â
Media sosial membuat kita mudah terkecoh dan menganggap kehidupan masyarakat seperti yang kita lihat di media sosial, padahal kenyataannya berbeda.
Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk pandangan kita tentang realitas.Â
Algoritma di balik platform media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok dirancang untuk menunjukkan konten yang sesuai dengan minat dan perilaku kita.Â
Akibatnya, kita sering kali terjebak dalam "eco chamber," di mana kita hanya terpapar informasi, ide, atau opini yang kita sukai dan setujui. Hal ini membuat sudut pandang atau informasi lain terabaikan.