Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cancel Culture dan Viral Culture: Ancaman Kesehatan mental di Era Digital

19 Desember 2023   18:00 Diperbarui: 20 Desember 2023   09:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kebebasan berbicara. sumber: freepik

Pendiri perusahaan atau tokoh publik yang memilih untuk tidak memiliki akun media sosial sebagai strategi untuk menjaga kedamaian pribadi mereka adalah contoh konkret dari bagaimana budaya ini dapat merubah kehidupan sehari-hari.

ilustrasi kebebasan berbicara. sumber: freepik
ilustrasi kebebasan berbicara. sumber: freepik

Dilema dan Tantangan

1. Dilema Keselamatan vs. Kebebasan Berbicara

Perdebatan antara kebebasan berbicara dan keselamatan menjadi salah satu dilema utama dalam menghadapi cancel culture. 

Sementara kebebasan berbicara adalah nilai mendasar dalam masyarakat demokratis, adanya konten yang dapat membahayakan atau merugikan juga perlu diatasi.

Pertanyaan mendasar adalah sejauh mana kita bisa mempertahankan kebebasan berbicara tanpa mengorbankan keselamatan individu atau kelompok tertentu. 

Elon Musk, dengan usahanya untuk membeli saham mayoritas Twitter, mengangkat isu ini dan menyuarakan perlunya kebebasan berbicara tanpa sensor yang berlebihan.

2. Perubahan Paradigma dalam Berinteraksi Online

Dalam menghadapi fenomena cancel culture dan viral culture, mungkin saatnya untuk mempertanyakan dan memperbarui paradigma kita dalam berinteraksi online. 

Pendidikan dan kesadaran publik tentang dampak kata-kata dan tindakan di dunia maya perlu ditingkatkan.

Pentingnya menciptakan lingkungan daring yang mendukung dialog, pemahaman, dan respektif terhadap perbedaan pendapat menjadi kunci untuk meredakan dampak negatif. 

Inisiatif ini tidak hanya harus dilakukan oleh individu, tetapi juga oleh platform-media sosial dan pihak berwenang untuk menciptakan regulasi yang seimbang.

3. Pembangunan Resilience dan Mental Health

Pentingnya membangun ketahanan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan tidak bisa diabaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun