Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Empat Sajak tentang Sepi dan Nyeri

3 Februari 2016   16:33 Diperbarui: 3 Februari 2016   17:05 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menyisakan serak tak padu

lanskap tak lengkap

tentang kisahmu dan kisahku

yang terlalu muluk berharap

 

Bandung 2014-2015, Jakarta 2016

 

[Semua puisi di atas kerinduan dan sepi. Kerinduan terhadap kenangan yang tak pernah telah luruh oleh waktu, tak lebur oleh ruang. Semacam ekspresi dan emosi personal saya sendiri terhadap situasi yang dialami; LDR dengan kekasih yang jauh di sana (Secangkir Kopi Joss dan Catatan Kerinduan), kerinduan terhadap almarhumah Ibu (Barangkali Tenttang Kami Saat Ini), dan kerinduan akan masa-masa bertamasya dengan mereka berdua–di Yogyakarta. Sekarang, walau saya sudah tidak di Yogyakarta, kenangan-kenangan tersebut masih kuat tertanam di benak. Yogyakarta dalam puisi ini tidak hanya bermakna sebuah kota, tetapi ruang imajinatif yang saya cintai sekaligus ingin saya tinggalkan. Di satu sisi saya ingin mengulang romantika dengan kekasih saya di sana, dan di sisi lain saya juga ingin menyusul ibu saya ke sana. Tapi saya justru selalu berupaya melebur semua rasa itu, demi mengurangi rasa sakit yang akhirnya saya merasa terjebak, di dalam waktu dan ruang yang tak terjabarkan..... ]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun