menyisakan serak tak padu
lanskap tak lengkap
tentang kisahmu dan kisahku
yang terlalu muluk berharap
Â
Bandung 2014-2015, Jakarta 2016
Â
[Semua puisi di atas kerinduan dan sepi. Kerinduan terhadap kenangan yang tak pernah telah luruh oleh waktu, tak lebur oleh ruang. Semacam ekspresi dan emosi personal saya sendiri terhadap situasi yang dialami; LDR dengan kekasih yang jauh di sana (Secangkir Kopi Joss dan Catatan Kerinduan), kerinduan terhadap almarhumah Ibu (Barangkali Tenttang Kami Saat Ini), dan kerinduan akan masa-masa bertamasya dengan mereka berdua–di Yogyakarta. Sekarang, walau saya sudah tidak di Yogyakarta, kenangan-kenangan tersebut masih kuat tertanam di benak. Yogyakarta dalam puisi ini tidak hanya bermakna sebuah kota, tetapi ruang imajinatif yang saya cintai sekaligus ingin saya tinggalkan. Di satu sisi saya ingin mengulang romantika dengan kekasih saya di sana, dan di sisi lain saya juga ingin menyusul ibu saya ke sana. Tapi saya justru selalu berupaya melebur semua rasa itu, demi mengurangi rasa sakit yang akhirnya saya merasa terjebak, di dalam waktu dan ruang yang tak terjabarkan..... ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H