Hingga di suatu persimpangan dia tidak menyadari bahwa ada seorang pelayan membawa nampan berisi penganan. Ia tidak bisa mengelaknya. Pelayan itu menabraknya. Mas Gagah jatuh terhempas. Tubuhnya dipenuhi noda makanan.Â
Si pelayan berulang kali meminta maaf setelah mengetahui bahwa orang yang ditabraknya itu adalah pelanggan baiknya. Aku yakin Mas Gagah sudah menyerah.Â
#
Di tepi pantai itu aku berdiri sendiri. Memandangi lalu lalang kendaraan juga kapal-kapal laut yang berlabuh, datang dan pergi.
Aku menikmati ramainya hiruk pikuk para penghuni pelabuhan. Tidak seperti ketika itu. Satu dua kapal saja yang berlabuh. Itu pun penumpangnya tidak banyak. Hanya pegawai di pelabuhan itu yang sibuk.
Kusandingkan dengan suara debur ombak. Ombak-ombak yang saling berkejaran. Burung-burung riang beterbangan. Juga desir angin di musim kemarau.Â
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Iseng kakiku menghempas kaleng kosong.
Pletak!
"Hei."
Aku terlonjak kaget. Lagi-lagi. Seorang bapak-bapak menghampiriku.