Hingga suatu siang, datanglah seorang wanita yang lebih mudah sekitar 5 tahun dengan Hotma, dia datang berkunjung ke rumah mereka dengan membawa anak alki-laki yang hampir sebaya dengan anaknya yang paling kecil
“Kak….ada Bapak?” tanyanya. Hotma menjawab cari siapa ya dek? Wanita tersebut dengan fasih menyahut “Apakah ini rumah Bapak Tagor?”.Hotma sedikit gemetar dan curiga menjawab. “Iya, benar. Adek siapa?..Saya Lince Kak, ini Bayu anak Pak Togar.
Seketika jantung Hotma berdegup kencang, terasa mau pingsan dia mendengar pernyataan itu. Kepalanya seperti berputar-putar, perutnya ingin tumpah seluruh isinya. Namun Hotma berusaha menenangkan diri dan menyuruh wanita itu masuk.
Wanita itu, menjelaskan dirinya bahwa dia adalah teman wanita Tagor, istrinya juga dan anak yang dibawanya adalah Bayu anak Tagor. Lince ingin menyerahkan Bayu untuk tinggal dengan mereka.
Karena dia tak sanggup untuk menghidupi Bayu sendiri, dan rencananya untuk menjalani hidup yang lebih baik. Seketika Hotma merasa sedih dengan wanita tersebut.
Bagaimanapun juga wanita itu juga adalah korban kebinalan suaminya. Dan anak yang dibawanya sungguh kasihan, karena pasti tidak akan mendapatkan haknya sebagaimana seorang anak.
Hotma..,gumamnya, sungguh aneh hidup ini ya Tuhan, tak dapat diselami dan tak dapat diduga. Hidup rumah tangga yang dijalaninya memang bukanlah kehidupan seperti yang dirasakan oleh kebanyakan orang.
Rumah tangga yang harus dipenuhi pengampunan, rumah tangga yang dipenuhi penerimaan. Memang tak salah aku melahirkan anak perempuan, anak yang akan melihat bagiaman seorang wanita bertahan dalam segala cobaan, anak yang akan belajar bagaimana terus belajar untuk mengampuni, bertahan untuk pertumbuhan anak-anak lebih baik.
Ya..Hotma menerima suami yang telah pernah mengingkari cintanya, menerima anak hasil perbuatan curang suaminya, menerima anak yang walaupn bukan lahir dari rahimmnya, namun ingin dibesarkan dan dirawat dengan cinta kasih. Untuk melihat dan menyaksikan betapa cinta wanita yang bukan ibunya itu adalah cinta yang tak ada pamrih, dan tak dapat dibandingkan dengan apapun. Hotma tak salah melahirkan anak perempuan.
Kehidupan Hotma, tagor dan kelima anaknya pun berangsur semakin pulih, hati yang mengampuni memulihkan seluruh hubungan, memang cinta itu bagai bunga mawar, yang semakin jatuh dan terinjak, maka semakin menebarkan wangi untuk setiap insan disekitarnya.
Demikain cinta Hotma kepada suami dan keluarganya. Biduk rumah tangga yang tidak mudah dijalanai dengan banyak pengorbanan, tentunya menjadi pelajaran berharga untuk empat wanita yang dilahirkannya. Tak salah dia melahirkan anak perempaun