Mendengar berita itu Hotma berkecil hati, karena ia tahu bahwa hati Togar sudah memilki hal wanita lain, dan Hotma berencana ingin sekali jauh-jauh dari kehidupan Togar dan mengakhiri segalanya, setelah dia sehat nanti, setelah masa nifas selesai ya, mungkin setelah anaknya selesai ASI, tekad bulat di hati Hotma, karena ia tahu bahwa yang diharapkan Tagor suaminya adalah, menjauh dari hidupnya lagian Tagor sudah memilki anak laki-laki yang diidamkannya
Rencana itu disampaikannya pada itonya, walau orangtua Hotma sedikit membaca, namun Hotma tidak mau menyusahi orangtuanya karena kelakuan suaminya, lagian Tagor adalah lelaki pilihannya, lelaki yang terpaksa dinikahinya karena mereka pun sudah salah langkah awalnya.Â
Jika orangtua Hotma tahu tentang niatnya untuk bercerai, maka pastilah akan membuat hati orangtuanya kecewa dan marah. Sehingga rencana itu hanya disampaikannya pada itonya.
Namun itonya menasehatinya, bahwa perceraian adalah milik Tuhan dan hanya Tuhan yang bisa menceraikan manusia melalui kematian. Kalaulah memang sikap Tagor tidak bertanggungjawab sebaiknya jauhi Tagor dan tidak perlu menemuinya lagi, demikian nasihat itonya.
Selain itu itonya pun menasehati Hotma untuk menuruti ajakan suaminya untuk pindah ke Medan, mengikuti suaminya. Karena memang tidak baik ruamh tangga mardua huta.Â
Nasihat itonya itu terus dipikirikan oleh Hotma dalam hati, dia berdoa agar Tuhan bukakan jalan dan berikan dia hati yang mau mengampuni Tagor suaminya, seberapun sakit yang dialamainya.Â
Namun dia juga berpikir bagaiaman dengan wanita simpanannya dan anak yang sudah lahir?.Mampukan Hotma untuk berbagai hidup dengan mereka. Oh tidak…hati Hotma berkecamuk dan tak sanggup memikirkan hal yang terjadi.
Bagian 6
Dua tahun berlalu, Hotma dengan hati yang berat pagi itu menyatakan pengunduran dirinya kepada kepala sekolah bahwa dia akan pindah ke Kota Medan, dimana suaminya bekerja.Â
Kepala Sekolah, teman-teman sejawat, tetangga mendukung keputusan Hotma, mereka bahu membahu membantu Hotma untuk pindah, semua dengan tulus membantu Hotma untuk mengemasi barangnya. Mereka selama ini merasa kasihan melihat Hotma yang sendirian berjuang untuk membesarkan anak tanpa suami didampingnya.
Tiba di Medan, Hotma merasa canggung dengan kehidupan yang baru, tapi dia berusaha untuk beradaptasi, anak-anakpun mulai betah dengan situasi di Ibu kota Provinsi Sumatera Utara tersebut. Kehidupan keluarga Hotma seudah semakin baik, Tagor menepati janjinya setiap hari pulang, memberikan nafkah yang memadai dan mengajak anak-anaknya berjalan jalan, mengajari dan menemanii mereka mengerjakan PR. Hotma merasa terbantu sekali dengan perubahan suaminya.