Mohon tunggu...
Minar Kartika Panjaitan
Minar Kartika Panjaitan Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai menulis, jalan jalan dan kegiatan sosial

Aktifitas wiraswasta, pengembangan masyarakat, menyukai travelling, menulis, ibu rumah tangga,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Salahkah Aku Melahirkan Anak Perempuan?

17 September 2020   22:12 Diperbarui: 1 Oktober 2020   16:15 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu mereka habiskan dengan bercerita seluruh keluh kesah mereka kepada Bapaknya, dan bapaknya mau mendengarkan anak-anak mereka. Terlepas  Bapaknya mengerti atau tidak, apa yang disampaiakn oleh tiga putri putirnya.

Bagian 2

Pertengkaran itu dmulai dari surat yang diterima oleh Togar dari keluarga besarnya dari kampung, yang mengatakan bahwa harta warisan dari orangtuanya yang menjadi pembagian dari cucu paling besar tidaklah jatuh pada anak Togar, karena Togar tidak memiliki anak laki-laki, namun jatuh pada anak adiknya yang memilki anak laki-laki. 

Sementara Togar adalah anak sulung di keluarganya. Hal ini membuat Togar sangat marah, marah karena merasa tidak dihargai, marah karena kenyataan bahwa ia tidak memilki anak-laki-laki.

Pembagian harta warisan memang sudah lama didiskusikan semenjak 4 tahun silam orangtua Togar meninggal dunia, namun untuk pembagian warisan untuk cucu laki-laki belum diputuskan, karena hasil disksui bahwa harta warisan haruslah pada cucu laki-laki dari anak yang paling besar. Namun Togar akhirnya menerima surat yang membuatnya kesal tersebut. Karena hasil keputusan tersebut sudah disepakati oleh adik-adiknay dan juga Bapatua dan Bapaudanya.

Siang itu istrinya Hotma membuatkan kopi untuknya, melihat suaminya gusar dan kesal dia bertanya. Namun Togar malah membentaknya.

“Ini semua karena kau”. Kau yang membuat semua ini, Rahim yang tak berguna?” Bentak Tagor dengan kesal. Tersontak Hotma merasa kaget bercampur sedih,

“Apa maksudmu mengatakan demikian?” Nada Hotma mulai meninggi.

“Ya kamu melahirkan anak-anak perempuan semua. Karena itu kita tidak dihargai, karena itu kita tidak diperhitungkan. Memang ntah perempuan macam apa kau ini, tidak berguna”. Tambah Tagor dengan muka marah.

Rasanya Hotma merasa terlempar bermeter-meter kebelakang. Lelaki yang didepannya apakah manusia atau tidak, lelaki ini punya perasaan atau tidak? 

Sudah sangat jarang pulang, tidak mengasuh anak tiap hari, menafkahi pun sudah sangat jarang bahkan sudah berbulan-bulan tidak menafkahi, sementara pakaian dan perhaisan ditubuhnya melekat, Namun sanggup mengatakan hal demikian padaku. Hotma merasa tidak diperlakukan tidak adil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun