Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Cinta Abadi Air dan Api

16 April 2019   06:48 Diperbarui: 16 April 2019   07:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, iring-iringan kereta kebesaran itu tiba.  Memasuki gerbang istana dengan anggun dan gagah.  Ada tiga kereta kencana.  Paling depan dan belakang lebih kecil dibandingkan yang di tengah.  Ketiga kereta kencana itu berhenti di halaman istana.  Sepasukan kecil pengawal berkuda di belakang tetap tegak di atas kudanya.  Berjaga-jaga. 

Beberapa orang turun dari kereta pertama dan ketiga.  Para panglima kerajaan dan tokoh-tokoh pimpinan Sayap Sima.  Ki Tunggal Jiwo ada di antaranya.  Mereka berjajar rapi sejajar dengan pintu kereta kencana di tengah yang masih tertutup.  Bhre Wirabumi berlari kecil ke depan pintu kereta.  Berlutut dan menyembah terlebih dahulu sebelum membuka pintu kereta dengan takzim.

Sang Maharaja turun dengan gagah.  Mahkotanya berkilauan ditimpa sinar matahari sore.  Berdiri di pintu kereta sejenak.  Tatap matanya yang berwibawa menyapu sekeliling.  Semua orang sedang berlutut.  Suasana khidmat dan hening.  Sang Maharaja bertepuk tangan dengan lembut.  Semua serentak berdiri.  Tetap dalam sikap hormat. 

Maharaja Majapahit melangkah perlahan menyusuri jalanan berbatu rapi menuju balairung istana.  Bhre Wirabumi mengikuti dari belakang sambil menundukkan muka.  Arya Dahana sembari menunduk melihat pasukan Sayap Sima tetap bersiaga penuh.  Ki Tunggal Jiwo berjalan persis di belakang Maharaja.  Matanya berkeliaran kemana-mana.  Sangat waspada.

Apabila dihitung berdasarkan jumlah, pasukan pengawal Maharaja tidaklah sangat banyak.  Namun semua yang hadir mengawal adalah orang-orang pilihan Sayap Sima. Dari semua pimpinannya, Arya Dahana hanya melihat Ki Tunggal Jiwo dan Bledug Awu-awu yang hadir di sini. 

Tidak mengherankan sebetulnya.  Selain Ki Tunggal Jiwo adalah seorang yang sakti, juga karena Arya Dahana yakin tokoh-tokoh tingkat tinggi lainnya disebar di sekeliling Istana Timur.

Sang Maharaja Wirakramawardana sampai di undakan istana.  Sebelum memasuki balairung utama, raja ini memberi isyarat pendek kepada Bhre Wirabumi untuk mendekat.  Raja Istana Timur itu mendekatkan telinga kepada Maharaja yang berbisik kepadanya.  Mengangguk-angguk lalu memanggil putrinya untuk memperkenalkannya secara resmi sesuai adat istiadat kerajaan.

Arya Dahana membelalakkan matanya lebar-lebar.  Dayang yang berada di belakang putri Bhre Wirabumi memang masih bersimpuh dalam-dalam. Namun Arya Dahana mengenali dengan pasti bahwa dayang itu adalah Putri Anjani!  Ini berbahaya! Arya Dahana bersiaga.   

Arya Dahana tidak mau terjadi penyerangan secara licik terhadap Maharaja.  Jika itu terjadi dalam peperangan terbuka, dia tidak akan keberatan dan tidak akan membela siapa-siapa.  Tapi apabila itu terjadi karena tipu daya dan kecurangan, maka dia akan turun tangan.  Seluruh urat syaraf Arya Dahana menegang.

Di lain pihak, Putri Anjani juga mengalami hal yang sama.  Seluruh syaraf di tubuhnya bersiaga.  Jika ada kesempatan baik membunuh Maharaja maka itu akan dilakukannya.  Gadis ini teringat dengan kematian ayahnya di tangan orang-orang Majapahit.  Dia dengan idu geninya.  Putri Anjani memusatkan perhatian.  Menunggu kesempatan.

Tapi urat syarafnya mengendur dengan cepat.  Putri Anjani melihat Ki Tunggal Jiwo berdiri tidak jauh dari Sang Maharaja.  Dengan kemampuan sesakti tokoh tua itu, mudah saja baginya menangkal serangan secepat apapun dari Putri Anjani.  Gadis itu segera mengurungkan niatnya.  Dari jauh Arya Dahana yang melihat gelagat itu, menghela nafas lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun