Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

30 Januari 2019   09:30 Diperbarui: 30 Januari 2019   09:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arya Dahana tersenyum getir karena dia sendiri tidak yakin apakah bisa memenangkan pertarungan ini atau tidak.  Tapi kata takut tidak ada dalam dirinya.

"Panglima Kelelawar, permintaanku sederhana.  Jika aku memenangkan pertaruhan ini, maka aku minta Putri Anjani, Nyai Genduk Roban, Ayu Wulan dan diriku, kau ijinkan untuk pergi dari tempat ini.  Kau harus menyediakan kapal dan awak yang terbaik dan kau harus perintahkan anak buahmu untuk tidak mengganggu kami sampai kami tiba di daratan Jawa."

Panglima Kelelawar mengerutkan keningnya mendengar ini.  Tapi rasa pongah sudah menguasai Raja Lawa Agung ini.

"Baiklah!  Aku turuti permintaanmu jika kau menang dalam pertarungan ini.  Sebaliknya, jika aku yang menang maka kau dan semua yang telah kau sebutkan namanya tadi harus bersumpah darah dan tunduk kepada perintahku seumur hidup!"

Arya Dahana cukup terperanjat mendengar taruhan ini.  Dia akan menyambutnya.  Tapi karena ini juga menyangkut nama nama yang lain, dia harus meminta persetujuan mereka satu persatu.  Pemuda itu segera memandang Nyai Genduk Roban yang mengangguk tegas.  Lalu Ayu Wulan, gadis itu tersenyum manis kepadanya dengan rasa percaya yang penuh dan tulus.  Terakhir Putri Anjani.  Gadis itu memandang kepadanya dengan mata yang susah ditebak artinya namun gadis itu juga mengangguk tegas sambil mengepalkan tangannya ke atas memberi semangat.

"Baiklah panglima.  Kami semua sepakat untuk taruhan ini.  Mari kita mulai."

Arya Dahana bersiap siap dan bersiaga penuh.  Panglima Kelelawar adalah satu dari sedikit tokoh yang lebih tinggi kemampuannya dari delapan tokoh penjuru mata angin dan bahkan mungkin mengimbangi atau mengalahkan Datuk Rajo Bumi.  dia juga mendengar panglima ini mempunyai pukulan yang sama dengan yang dimilikinya yaitu pukulan Bayangan Matahari.  

Dia belum sempurna menguasai pukulan yang satu ini, jadi hal terbaik yang harus dilakukannya adalah menghadapi pukulan ajaib itu dengan pukulan Busur Bintang atau Geni Sewindu.  Dia harus mengerahkan semua kemampuannya kali ini.  Lawan yang dihadapinya adalah jajaran tokoh nomor satu yang susah dicari tandingannya.

Panglima Kelelawar sebenarnya bukan termasuk orang yang berangasan.  Namun kali ini dia sama sekali tidak sabar untuk segera menaklukkan pemuda ini.  Banyak sekali keuntungan yang bisa Lawa Agung dapatkan  jika dia menang.  Mereka adalah orang orang lihai yang bisa memperkuat kekuatan Lawa Agung.  Gendewa Bernyawa juga bisa membantu Lawa Agung pada saat perang besar nanti.  Dia harus mengalahkan pemuda ini. Harus!

Raja Lawa Agung ini tidak membuang waktu.  Tubuhnya yang tinggi besar berkelebat ke depan menyerang Arya Dahana.  Panglima ini menyerang dengan ilmu aneh yang didapatkannya saat berkelana di negeri Kali.  Jurus jurus yang bersandar pada perpaduan gerakan berbagai macam binatang dan mengandalkan kelebihannya, seperti kelincahan kera, bisa maut ular kobra, kekuatan harimau, kekebalan buaya dan ringannya gerakan elang.

Arya Dahana langsung saja terdesak hebat diserang oleh juru jurus aneh ini.  Namun pemuda ini adalah pemuda yang ditempa oleh berbagai macam ujian dan kesulitan sejak kecil.  Mempelajari ilmu ilmu hebat hanya melalui kitab dan buku tanpa seorangpun guru.  Ilmu ilmu langka dan ajaib sudah mendarah daging di tubuhnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun