Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

30 Januari 2019   09:30 Diperbarui: 30 Januari 2019   09:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arya Dahana yang sudah mempersiapkan diri dengan Geni Sewindu menghantamkan telapak tangannya ke arah naga mengerikan itu.  Terdengar lagi ledakan keras yang memekakkan telinga saat naga itu hancur berantakan dan lenyap seketika.  Ilmu sihir seperti yang dipunyai oleh Panglima Kelelawar tidak bisa dilawan dengan sembarangan ilmu kanuragan.  Geni Sewindu adalah ilmu kanuragan, namun mempunyai sebuah kelebihan anti sihir yang luar biasa.  Inilah salah satu kelebihan Geni Sewindu.

Begitu naga ciptaannya dilenyapkan pukulan Arya Dahana, Panglima Kelelawar sebetulnya sudah gatal untuk menerjang pemuda itu habis habisan. Tapi Raja Lawa Agung ini teringat akan rencananya.  Pemuda ini sangat tangguh dan bisa mengimbanginya.  Akan butuh waktu lama untuk mengalahkan lawan yang satu ini. Dia akan menaklukkan dengan cara halus saja sesuai dengan rencana semula.

Panglima Kelelawar bertepuk tangan berkali kali sambil tersenyum lebar.

"Luar biasa! Luar biasa!...ini adalah pertunjukan pembuka perjamuan yang luar biasa!  Ayo ayo silahkan dinikmati hidangannya."

Semua orang bernafas lega.  Tidak ada satupun dari mereka yang bisa membayangkan betapa dahsyatnya pertarungan antara Panglima Kelelawar dan Arya Dahana jika itu terjadi di tempat ini.  Semua orang mulai menikmati hidangan hidangan lezat yang terlihat membangkitkan selera.  

Putri Anjani  yang memang lapar bukan main, mengambil seekor ikan yang dibakar dengan bumbu kuning untuk dicicipinya.  Sebelum makanan itu masuk mulutnya, mendadak tangan Arya Dahana menahan tangannya.  Pemuda itu mengambil potongan ikan di tangan Putri Anjani dan memasukkan ke mulutnya sendiri.

Putri Anjani terbelalak kaget.  Lalu berbisik lirih setengah merengek.

"Arya, kalau kamu mau aku ambilkan makanan katakan saja.  Atau mau disuapin pun aku bersedia.  Untuk apa kamu ambil makanan di tanganku.  Aku sudah lapar sekali..."

Arya Dahana tersenyum sedikit namun penuh arti.  Dia tidak menjawab kalimat Putri Anjani.  Dia sedang memusatkan perhatian pada rasa lain di makanan ini.  

Rasanya adalah rasa ikan yang sesungguhnya.  Tapi ada rasa enak yang aneh di lidahnya.  Seperti rasa harum dan manis bunga kanthil.  Arya Dahana menelan makanan itu masuk ke dalam perutnya.  Perutnya bergolak dan memberontak sesaat.  Setelah itu tenang lagi.  Hmmm.. makanan ini beracun luar biasa.  Untunglah dia punya kekebalan terhadap segala macam racun dan sihir.

Putri Anjani terbengong bengong melihat cara Arya Dahana memakan makanannya tadi.  Demikian juga Nyai Genduk Roban.  Nenek ini bernafas lega.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun