Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Reinkarnasi

21 November 2017   07:33 Diperbarui: 22 November 2017   17:45 2010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://pxhere.com

Raja masih tidak mempercayai penglihatannya.  Gadis di depannya ini persis sama dengan lukisan yang tadi dilihatnya di museum.  Dalam versi masa kini tentu saja.

"Raja..." suara itu lagi!  Raja sadar bahwa bisikan itu bukan berasal dari gadis cantik di depannya yang sedang memandang melotot ke arahnya.

"Sekali lagi maaf ya mbak.  Saya tidak sengaja.  Apakah mbak ada yang terluka?"  Raja mencoba menghilangkan shock-nya dengan bertanya sopan.

Gadis itu melengos.  Bibirnya cemberut.  Raja semakin tak karuan hatinya.  Bibir itu juga sama seperti lukisan aneh itu tadi.  Raja menggerak-gerakkan bibirnya tanpa suara.

Suasana mendadak hening.  Pemuda dan pemudi itu berdiam diri.  Raja berusaha memecah kebuntuan dengan mengulurkan tangan, "Namaku Raja...."

Meskipun dengan sedikit ogah-ogahan, gadis itu menerima uluran tangan Raja," Citra...."

Raja tersenyum kikuk.  Merasa bersalah tapi lega.  Citra ikut tersenyum.  Merasa bersalah juga telah bersikap terlalu keras kepada Raja yang ternyata pemuda yang sangat santun.

Untuk kesekian kalinya Raja terbelalak.  Senyum itu! Senyum itu tidak ada bedanya dengan senyum wanita cantik dalam lukisan di museum.  Senyum manis Putri Dyah Pitaloka.  Oh Tuhan!

-------

Akhirnya Raja berhasil mengajak berbincang Citra dengan nyaman di sebuah kedai kopi tidak jauh dari museum.  Seolah kebetulan saja ternyata keduanya mempunyai hobi yang tidak jauh berbeda.  Sejarah dan benda-benda purbakala.  Citra sendiri adalah seorang mahasiswi jurusan Sejarah di universitas ternama di Jakarta. 

Raja yang masih penasaran lalu bercerita kepada Citra tentang apa yang dialaminya tadi di museum.  Namun pemuda ini sama sekali tidak menyinggung tentang betapa miripnya Citra dengan sang putri dalam lukisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun