Mohon tunggu...
Milatunnajiah
Milatunnajiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dengan menulis, travelling, dan menyukai menonton film di cinema

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dialektika dan Modernitas: Membedah Novel "Bila Malam Bertambah Malam" Karya Putu Wijaya

22 Juli 2024   22:13 Diperbarui: 22 Juli 2024   22:47 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Selain status sosial, terdapat juga dehumanisasi akibat sistem kasta yaitu pada Nyoman yang diperlakukan sebagai inferior meskipun telah mengabdi selama 18 tahun.

   Dialog Nyoman: "Tiyang bosan merendahkan diri, dulu tiyang menghormati Gusti karena usia Gusti lanjut. Tiyang mengikuti semua apa yang Gusti katakan, apa yang Gusti perintahkan meskipun tiyang sering tidak setuju."

Pada novel ini juga menunjukkan sifat ironi kebangsawanan hal ini terungkap bahwa status bangsawan Gusti Biang dibangun di atas kebohongan.

3. Karakterisasi pada tiap tokoh

Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan karakter tokoh novel "Bila Malam Bertambah Malam"

a) Gusti Biang:

   - Angkuh, keras kepala, terikat tradisi

   - Menggunakan bahasa kasar: "Setan! Setan! Kau tak boleh berbuat sewenang-wenang di rumah ini."

   - Mengalami konflik internal ketika kebenaran terungkap

b) Nyoman Niti:

   - Setia namun akhirnya memberontak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun