Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba.Â
2. Uang.
Apalagi di dunia ini yang tidak terkait dengan uang? Semua karena uang.
Dari mulai pengguna, pecandu, kurir, pengedar sampai dengan bandar pemasok, penegak hukum semua terkait dengan uang.
Indonesia surga bagi para pemasok narkoba. Karena harga narkoba di Indonesia termasuk yang paling mahal di Asia.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2012.
Untuk sabu asli Iran, di negara asalnya hanya Rp 100 juta per kilogram. Sabu itu kemudian diselundupkan ke Malaysia harganya menjadi Rp 300 juta. Tiba di Indonesia, harga sabu itu menjadi Rp 1,5 miliar (Kompas)
Tahun 2016.
Pasokan sabu dari Iran yang sangat murah tersebut, sampai sekarang masih mendoniminasi pasar sabu di Indonesia. Baru-baru ini jajaran Reserse Narkoba Polda Metro Jaya juga menyita 72 kaleng lem asal Iran. Di dalamnya ada sabu cair yang jika ditotal, beratnya mencapai 44 kg. (Mediaindonesia)
Untuk jenis methamphetamine atau sabu, menurut Arman, harga di Indonesia sekitar US$ 156-254 ribu per kilogram atau sekitar Rp 1,5-2,5 miliar. Nilai ini terbilang tinggi dibandingkan harga sabu per kilogram di Malaysia yang hanya mencapai US$ 72 ribu, Kamboja US$ 45 ribu, Jepang US$ 130 ribu, Filipina US$ 27 ribu, dan Singapura US$ 187 ribu. Indonesia hanya lebih rendah dari Australia yang mencapai US$ 300 ribu per kilogram. (Tempo)
Ada pengakuan yang lebih mengerikan lagi dari Almarhum Freddy Budiman kepada Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar