Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Badut Badut Rasialis dan Syahwat Berkuasa

24 Maret 2016   11:36 Diperbarui: 24 Maret 2016   12:15 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mereka sebagai warga negara yang tidak ingin tanah Nusantara dikuasai asing. Kamu ini kan turunan Majapahit, Mataram. Jadi, Indonesia ini tanah warisan Nusantara, warisan leluhur nenek moyang kita, bukan nenek moyang Ahok kan,"

Ahmad Dhani Serang Ahok dengan Isu SARA

Mungkin Ahmad Dhani hebat sebagai musisi yang terlalu fokus dengan musik,  jadi lupa akan sejarah panjang Kerajaan Majapahit. Atau bisa juga, Ahmad Dhani lupa bahwa Prabu Brawijaya V menikah dengan seorang muslim Campa, yang akhirnya mempunyai keturunan Raden Patah.

Mungkin dalam “kemarahannya” ia juga lupa pada ujar ujar orang tua. Ketika satu jari telunjuk menujuk kedepan, ada empat jari lain yang menunjuk dirinya sendiri.

Ketika menunjuk nenek moyang Ahok, Apakah Ahmad Dhani tidak sadar akan ibunya sendiri, yaitu Joyce Theresia Pamela Kohler, yang merupakan putri dari Jan Pieter Friederich Kohler?

“Selama ini, Ahmad Dhani memang membanggakan dirinya sebagai keturunan Jan Pieter Friederich Kohler. Nama belakang Kohler bahkan sudah mendarah daging dalam diri anak-anak Dhani, salah satunya Al, yang menggunakannya sebagai nama di akun Instagram.”

Begitulah...

Nafsu berkuasa telah membuat sebagian orang tidak berpikir secara logis. Demi memenuhi keingingan pribadi, mau menuding sana sini, mengalahkan kepentingan yang lebih besar yaitu kebersamaan bangsa ini.

Sejak jaman raja raja dulu sampai sekarang, setiap kali ada perebutan/peralihan kekuasaan tidak pernah berakhir dengan baik. Tetap saling curiga, saling kecam, saling tikam, saling sindir yang berujung kemacetan pembangunan negeri.

Para pemimpin dan calon pemimpin tidak pernah belajar dari sejarah, malah terus memberi contoh yang tidak baik, malah mempertontonkan sifat serakah, saling ganyang, saling hantam, saling melempar isu yang mengadu para pengingkutnya satu sama lainnya.

Rakyat  diadu, diombang ambing dibuat bingung, rakyat dibuat takut, isu basi yang menjadi luka lama negeri ini, dilempar tinggi tinggi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun