Rakyat yang tidak tahu apa apa selalu menjadi korban.
Apakah perebutan kekuasaan antar pemimpin negeri harus seperti yang dilakukan di Kalijodo?
“Tuan-tuan penguasa Kalijodo berganti dari zaman ke zaman. Layaknya kudeta, kekuasaan acapkali berganti melalui pertumpahan darah.”
Tokoh yang satu membunuh tokoh yang lain demi mendapatkan kekuasaan di tempat itu. Parang, samurai, tombak, anak panah, menjadi mesin pembunuh. Puluhan nyawa melayang di sana.
Sedih...
Sampai kapan kita, bangsa ini, bisa menerapkan arti Pancasila sesungguhnya? Sampai kapan bangsa ini mau belajar tentang ke Bhinneka Tunggal Ika an?
***
Menghancurkan jauh lebih mudah daripada membangun.
Ketika haus kekuasaan, haus ketenaran, haus pengakuan, puja puji, membuat orang terlena dan lupa akan diri sendiri. Oleh sebab itu banyak orang yang tidak segan segan menggunakan cara cara tidak terpuji untuk meraihnya.
Pilkada DKI masih sekian lama. Masa kampanyepun belum juga dimulai. Namun negeri aman damai Kompasiana sudah mulai panas. Isu SARA, Rasialis, HOAX dan tudingan yang aneh aneh tanpa data mulai dimainkan oleh sekelompok orang.