Mirisnya, yang malah terkenal diluar negeri dan memenangkan sebanyak 36 penghargaan diberbagai festival film di banyak negara, justru film dokumenter yang bisa “mencoreng” wajah negeri ini, (Seperti film “The Act of Kiling” dan film ''The Look of Silence'' karya Joshua Oppenheimer)
Ada beberapa hal yang saya perhatikan, mengapa film nasional kita belum juga bisa bersaing dikancah internasional...
*PENGUSAHA FILM KURANG SERIUS DAN TIDAK FOKUS...
Apakah para pengusaha film nasional tidak tahu bahwa bisnis perfilman bukanlah hanya sekedar bisnis ecek ecek atau cuma sekadar untuk penghibur ala kadarnya semata? Mengapa para pengusaha masih memandang sebelah mata terhadap dunia hiburan?
Kalau dikatakan tidak menguntungkan, tidak mungkin, bisa dilihat dari kesuksesan para artisnya.
Tapi sungguh mengherankan, mengapa sebuah industri yang sangat luar biasa besar ini sampai sekarang tidak ditangani secara serius oleh para pegiat perfilman nasional?
Buktinya bisa dilihat secara nyata, mutu perfilman kita sampai sekarang, kalau tidak dibilang semakin buruk tapi tidak menjadi semakin baik, bukan?
Kenapa saya bilang kita kurang serius menangani industri yang luar biasa ini?
Sekarang gini deh, berapa banyak film yang telah diproduksi Indonesia dalam setahun?
Lalu berapa banyak dalam setahun itu, film yang masuk kategori pantas dilihat? Bukan kategori baik lho... Tapi pantas.
(Karena banyak film nasional yang beredar sekarang ini sangat tidak pantas dilihat, terutama oleh anak anak yang memasuki usia remaja. Film nasional yang beredar lebih banyak yang hanya mengeksploitasi tubuh perempuan saja.)