Semisal, ketika membuat film tentang kerajaan, bukan melulu hanya bergulat pada ruang yang secuil dalam kerajaan saja, tapi bisa dibalut dengan pemandangan alam yang eksotis, menampilkan pegunungan (pada saat sunset dan sunshine), danau atau lautan dengan beragam macam penghuninya. Dan itu nantinya bisa menjadi hiburan mata sekaligus menjadi daya tarik wisata daerah tersebut.
Mengenai ide cerita atau penulis cerita, saya sangat yakin banyak penulis handal di negeri ini yang bisa membuat cerita untuk film (bisa dilihat kanal fiksi di Kompasiana) atau bisa dilihat juga dari sinetron yang sudah beratus ratus episode.
[caption caption="dokpri"]
Coba perhatikan gambar di atas...
*Masa sih film Indonesia tidak bisa bikin animasi keren seperti Kompas Tv? Terlihat bumi bersama bulan berputar putar mengelilingi matahari di dalam ruangan Glory Oyong dan Timothy Marbun, dalam tayangan live Gerhana Matahari Total, 9 Maret 2015.
*ATURAN...
Mungkin aturan inilah yang mungkin dianggap paling ruwet. Karena aturan inilah yang sering menjadi kontradiksi.
Seperti kita tahu, perfilman sangat berkaitan dengan seniman. Dan yang namanya seniman itu, kadang ada beberapa yang mempunyai peraturan untuk tidak mau taat atau tidak mau dibatasi dengan segala macam yang namanya aturan, dalam mengekspresikan karyanya.
Sedangkan peraturan dalam siaran tipi dan film tipi begitu ketatnya, padahal kalau dilihat lagi secara detail, masih banyak yang dilanggar oleh insan film atau tipi (saya tidak mau kasih contoh) atau malah sebaliknya banyak peraturan yang diterapkan tidak pada tempatnya, seperti sensor pada film kartun (film Doraemon), pelarangan film kartun yang ada kekerasan (Tom and Jerry).
Nah, bagaimana kalau ingin membuat film tentang perang, action, silat atau legenda seperti Ken Arok? Jadi bikin bingung kan?
Bagaimana mungkin jika dalam film perang, action, atau silat, jika tidak boleh ada kekerasan dan darah?