"Baik bu." Jawab Ayahku sambil berjalan memasuki ruang guru bersamaku.
  Selama beberapa menit kami menunggu surat pindahnya keluar, ada sedikit rasa sedih yang tersirat di benakku. Kadang aku berfikir bagaimana nasib teman sebangkuku.
"Surat pindahnya sudah jadi,Pak."
"Terimakasih banyak bu, mohon maaf apabila selama sekolah disini anak saya banyak salahnya."
"Sama-sama Pak, maafkan saya juga selaku wali kelasnya ananda Alana apabila banyak kurangnya."
  Kami berpamitan kepada guru yang ada di sekolah dan bergegas untuk pulang. Lega sekali rasanya,seolah beban satu persatu menghilang. Jika saja aku tidak sabar hari itu, mungkin saat ini aku tidak akan mendapatkan apa yang aku inginkan.
"Sudah ya, lunas. Semoga di sekolah baru mendapatkan lingkungan yang baik. Jangan nangis lagi ya,nak."
 Hatiku menangis juga sebenarnya, sekeras itu orang tuaku mengusahakan agar aku mendapat tempat yang nyaman,agar keinginanku dapat terpenuhi. Kulihat mata Ayah dan Ibuku yang sangat tulus memberikan kasih sayangnya. Apapun diberikan tanpa kata tapi dan percuma. Seribu kata maaf terucap di dalam hatiku secara tiba-tiba.
  Setelah keputusan aku bulat untuk pindah sekolah, pesan-pesan dari temanku bermunculan dari layar handphoneku.
"Na, kamu beneran pindah?."
"Na, kamu tega ninggalin aku dan pindah gitu aja?."