Mohon tunggu...
MEIRISMAN HALAWA
MEIRISMAN HALAWA Mohon Tunggu... Guru - H sofona osara

Lahir di Gunungsitoli, 18 Mei 1979

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah yang Lain

1 November 2024   09:49 Diperbarui: 1 November 2024   22:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya,ya,.. istrimu juga !" balas Josep tak kalah mabuknya.

Lalu keduanya tertawa keras.

XXX

Josep menurunkannya di ujung jalan menuju komplek perumahan yang ia tempati. Di jalan masuk tidak jauh dari pos jaga seorang pengemis bangkit berusaha mendekati Ndra. "Kasihani, Tuan. Kasihani," ujarnya memelas.

Bukannya memberi uang receh, Ndra malah menepis dengan kasar. "Sana! Tak ada uang di sini. Kamu masih sangat muda. Sebaiknya kerja yang keras", serunya sambil berjalan gontai menuju rumahnya.

Di depan pintu masuk rumahnya, ia mendengar suara-suara aneh dari dalam. Sepertinya teriakan seorang laki-laki.  Siapa itu? Apakah Deinia mengundang laki-Iaki lain selama saya pergi, batinnya. Hati-hati ia letakan botol di tangannya di atas kursi dekat pintu. Kepalanya lebih didekatkan di pintu. Terdengar suara istrinya berteriak. Dibalas suara laki-laki yang asing di telinganya.

Tanpa sadar, ia menyentuh botol minuman yang ada di atas kursi. Botol itu bergoyang, menggelinding dan jatuh di lantai. Suaranya terdengar dari dalam.

Bunyi itu cukup mengundang perhatian istrinya didalam rumah, "Apa itu...?" Pintu terbuka. Istrinya berdiri dengan rambut basah dan... hanya dibalut handuk mandi. Keduanya kaget. Mungkin dengan alasan yang berbeda. Dan malangnya sesosok laki-laki bertubuh besar, berdiri di belakang istrinya dengan wajah ingin tahu. Cuma memakai singlet.

Deinia mengkhianatinya. Demikian pikir Ndra sangat marah. "Bangsat," teriak Ndra sambil mendorong istrinya kasar. Matanya menyala dan siap menerjang laki-laki itu. "Ini rupanya yang kamu lakukan jika saya tak ada di rumah..."

Deinia terjajar. " Ndra, kamu salah paham," ujaraya sambil menahan tubuh suaminya yang mau menerjang laki-laki itu. Sementara wajah laki-laki di belakang Deinia tambah pucat. Tubuhnya yang besar tak mampu menyembunyikan rasa takutnya.

"Sa...Sa...Sabar, Pak," ujarnya gemetaran sambil beringsut mundur saat melihat Ndra meraih tombak kecil yang berada di dinding.    ..       "            .                    _         ..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun