Sebuah bola melambung tinggi kemudian jatuh di jalan dan terbanting beberapa kali sebelum berhenti di rerumputan tidak jauh dari Ndra. Asalnya dari balik tembok pagar SD di seberang jalan.
"Hei, Pak...!" teriak beberapa anak yang kepalanya menyembul di balik tembok. "Tolong bolanya, Pak !"
Ndra meraih bola. Hm, sebaiknya saya tendang, katanya dalam hati. Segera ia menendangnya. Tendangannya buruk dan terlalu keras. Bola malah melambung tinggi menjauh dari komplek sekolah diiringi mata semua anak-anak di balik tembok.
Dan itu membuat mereka marah. "Hei, Pak. Lihat yang kamu perbuat. Gambabio 2)", teriak mereka. Kalimat itu kasar di telinga Ndra. Mukanya merah menahan marah. Ketika ia berlari menyeberang jalan dengan berteriak-teriak, anak-anak berlarian menjauh sambil terus mengolok-oloknya. Ndra tersengal. Di depan tembok Ndra akhirnya berhenti. Ndra akhirnya sadar. Ia menertawai dirinya. Menertawai tingkah lakunya. . Harusnya ini tidak saya lakukan, pikirnya sambil menjauh pergi.
Anak-anak masih berteriak mengejek, tapi Ndra tidak peduli lagi.
.
Berbelok ke kanan melalui jalan kecil di depan Gedung Wanita masuk ke jalan Sirao. Bertemu kembali dengan Josep. Rupanya ia hanya mengantar istrinya lalu pulang ke rumah. "Mana motormu ?" seru Josep sambil turun dari mobilnya.
"Lagi di bengkel."
"Ayo, masuk. Nanti saya antar."
Dan siang itu mereka habiskan di salah satu kedai di sepanjang sungai Nou. Memesan brandy murahan. Mulut mereka nyerocos tanpa ujung pangkal. Sebelum begitu mabuk, Josep segera mengantar Ndra puiang. Ndra masih sempat-sempatnya membawa botol terakhir mereka yang masih tersisa.
"Istrimu cantik sekali, Josep," seru Ndra tanpa sadar.