Dokter Ellen tidak segera menjawab.
"Dokter..."
"Kami sudah berusaha. Tapi..."
Belum lagi kalimatnya usai, perempuan itu histeris. la menjerit dengan suara memilukan. Beberapa orang yang berpakaian putih mencoba menolong perempuan yang tampak terkulai lemas.
Seorang laki-laki berdiri tidak jauh dari kerumunan. Matanya mencoba menerobos kumpulan orang-orang. Kasihan, pikir laki-laki itu. la pasti kehilangan seseorang yang amat ia cintai.Â
Orang-orang berdatangan mengerumuni perempuan itu. Laki-laki tersebut mengeluh, mereka menghalangi matanya. Rasa-rasanya saya kenal perempuan itu, serunya dalam hati. Ketika perempuan itu dibopong masuk ke salah satu ruangan, ia berbalik ke arah berlawanan. Pulang.
Di pelataran parkir, ia bertemu Josep dan istrinya. Perempuan itu mengerling nakal. Bahkan saat menyalami, jari-jarinya menggelitik. Perempuan itu begitu berani. Sedangkan si lelaki cuma tersenyum tanpa reaksi berlebihan. Satu menit kemudian, ia melangkah pergi. Perempuan itu mulai menyebalkan, ujarnya dalam hati. Bagaimana kalau Josep curiga dengan tingkah seperti itu.
Melewati sebuah SD, sebuah bola melambung tinggi kemudian jatuh di jalan dan terbanting beberapa kali sebelum berhenti di rerumputan tidak jauh dari laki-laki itu. Asalnya dari balik tembok pagar SD. "Hei, Pak...!" teriak beberapa anak yang kepalanya menyembul di balik tembok. "Tolong bolanya, Pak !" Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â .
Laki-laki itu meraih bola. Ada niatnya untuk menendang. Tapi urung. Ia hanya melempar ke arah anak-anak yang menyambutnya gembira. "Anda mau main bola, Pak?" seru mereka.
Laki-laki itu menggeleng ramah,"Lain kali...!"
XXX