Mohon tunggu...
M Fajarun Amin
M Fajarun Amin Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Manusia

Menginginkan Indonesia Raya Lahir Batin selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sudah Cocok-kah Iqbal Mainkan Karakter Si Jantan Tulen Minke?

29 Juni 2019   13:41 Diperbarui: 30 Juni 2019   14:04 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iqbaal Ramadhan Foto: Dok. Instagram

3. Menolak Tradisi Feodal yang berlebihan.

Kultur yang berlaku di lingkungan keluarga Minke sangatlah kental pada tradisi feodalisme. 

Bahwa pemimpin atau lelaki (budaya patriarki) masih dijunjung setinggi mungkin. Seorang rakyat biasa akan mendapati malapetaka, bialamana tidak beringsut-ingsut menggelesot sambil menyembah bila ingin berjumpa dengan Raja / Pemimpinnya. 

Saat itu, sesampainya ia dijemput paksa pulang oleh pesuruh Ayahandanya. Minke baru menyadari bahwa ia dibawa pulang ke rumah oleh Polisi cabang Buitenzorg yang menjemputnya hanya bermodal Surat Pemanggilan Pemeriksaan. 

Sesuai adat yang ada. Minke patut kiranya beringsut-ingsut dan bergelesot sambil menyembah memohon karunia saat menghadap Ayahandanya. Namun, hal konyol itu tidak ia lakukan. Ia tolak segala aturan adat yang menolak persamaan nilai kemanusiaan sesama manusia. Ia beri hormat pada Ayahandanya sepatutnya saja. Sesuai kadar antara Ayah dan Anak. 

Ayahanda Minke pun datang. Dan berucap. Sudah tak kenal adat ya kau Nak, sekarang. Datang sudah tidak beri hormat sepatut adat pada umumnya lagi. Sudah cukup besar Kau nampaknya sekarang, Jantan. Sini mendekat. Tidak usah beri Ayahandamu lagi hormat. Kau sudah lupa arat tradisi moyangmy sendiri, nampaknya. Sudahlah. Sini mendekat. Pinta Ayahandanya. 

Dengan sedikit membungkuk kepala, ia beri salam pada Ayahandanya dan duduk setara dengan Ayahandanya di kursi Kebupatian. Dan mendiskusikan persoalan-persoalan tentang Hubungannya dengan Nyai Ontosoroh. Menurut warta yang berhamburan beredar tak terkendali.

Tepat. Minke kiranya Betul-betul sudah menjadi anak didik revolusi Prancis 100% utuh yang memajukan Persamaan atas dasar kemanusiaan. Semua makhluk Tuhan (Allah Swt) mulia. Merah, hitam, putih, kuning, coklat. Sama saja, untuk ukuran kemanusiaan.

4. Bela kehormatan Keluarga dan Kebenaran sampai Mati sekalipun.

Murid Akhir H.B.S yang menjadi kesayang gurunya ini, Juffrow Magda Petters. Mendapatkan beragam ujian beratnya. 

Pertama kali, ia mesti menanggung penyiksaan sosial di sekolah H.B.S. Karena teman-temannya menganggap ia bermain dengan Seorang Nyai, di luar pernikahan resmi baik secara adat / secara hukum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun